B 11

3.2K 232 3
                                    

"Kenapa tuh muka?" Tanya Dea saat Derren bergabung untuk makan malam. Walau berakting tak peduli Derren tau Mamanya sedang khawatir saat ini.

"Tadi tanding tinju,"

"Bonyok-bonyok kemaren kurang?" Kali ini Tama yang angkat suara.

"Biar Bayu mau bicara sama Derren Pa,"

"Terus gimana? Bayu mau maafin?" Tanya mamanya cepat.

Derren menggeleng. "Boro-boro, Derren malah disuruh jangan muncul dihadapan Biya."

"Kalau Papa jadi Bayu, udah masuk rumah sakit kamu sekarang." Sahut Papanya tak membantu Derren sama sekali.

"Bantuin Derren dong Pa, Ayah juga ga mau ngomong sama Derren."

"Kalau Papa jadi Aldi, udah masuk penjara kamu sekarang."

"Baang," tegur Dea.

"Apa? Emang apa yang Mama lakukan kalau Diva dilecehkan seperti itu? Maafin gitu aja seolah ga terjadi apa-apa?"

Derren dan Dea terdiam. Benar, mereka tidak melihat dari sudut pandang keluarga Biya.

"Udah syukur Aldi dan keluarganya nggak memperbesar masalah ini."

"Terus Derren harus gimana Pa?"

"Terserah. Papa laper." Ucap Tama mengalihkan topik.

"Mama panggil Diva sebentar."

***

"Muka lo kenapa?" Tanya Biya begitu kembarannya membuka pintu.

"Biasa,"

"Sakit woy!" Seru Bayu saat Biya menekan lukanya.

"Biasa biasa. Bonyok bonyok gini, udah nggak ganteng, malah makin jelek lo." Bayu tersenyum.

"Nah malah senyum-senyum. Gila lo."

"Gue seneng aja lo udah bisa cerewet gini. Kangen tau." Kata Bayu mencubit pipi Biya dengan kedua tangannya.

"Apuaan siwh lewpas." Protes Biya.

"Gimana?" Tanya Bayu menatap langsung mata Biya.

"Lebih baik," jawab Biya membuat Bayu tersenyum.

"Mau makan malam di bawah?"

"Kayaknya makan di balkon sambil liat bintang seru deh." Bayu kembali tersenyum dengan anggukan. Kalau Biya belum mau keluar kamar, dirinya tidak akan memaksa. Melihat kembarannya sudah bisa tersenyum saja membuat perasaannya jauh lebih baik.

"Gue ambil makan dulu,"

"Thank you adik."

Saat Bayu mengambil makan, ia berusaha biasa saja. Semoga Bundanya lebih fokus ke Bila yang minta diajarkan PR.

"Tunggu bentar bang," cegah Bundanya.

"Muka abang kenapa? Ini kok bonyok-bonyok gini?" Kata Aya mendekati Bayu.

"Berantem lagi?" Tanya Aldi tanpa menatap Bayu. Ayahnya masih fokus dengan tumpukan paper mahasiswa.

"Eng, tadi latihan tinju Nda." Jawab Bayu.

"Mau apa dia?"

"Maksud Ayah?" Tanya Bayu pura-pura tidak paham.

Aldi melepas kacamata bacanya. Kali ini Bayu dibuat gugup dengan tatapan Aldi.

"Sama Derren kan? Mau apa dia?"

"Abang udah bilang jangan muncul dihadapan Biya kok Yah,"

"Sebaiknya memang begitu. Bilang juga jangan temui Ayah di kampus." Setelah itu Aldi beranjak dari sofa.

B [Completed]Where stories live. Discover now