CHAPTER 184 - KABAR GEMBIRA YANG MENGEJUTKAN

731 28 0
                                    

Translate: Grantye, Sienna, Sae

Edit : Alec & Jowly

Penerjemah Bahasa Indonesia : DeNandar

selamat membaca 😊

---------------------------------------❤🧡❤-----------------------------------------

Pada saat Gu Wei Ting berbaring, Gu Hai sudah tidur nyenyak dan lampu di kamar sudah lama dimatikan.

Gu Wei Ting menatap kegelapan selama beberapa menit sebelum tangannya mulai merayap menuju saklar. Saat ini dia tidak bisa tidur sehingga memutuskan untuk menyalakan lampu kembali. Tangannya telah mencapai sakelar tetapi kemudian dia mengurungkan niatnya untuk menekan tombolnya. Dia menatap putranya yang sedang tidur nyenyak di sampingnya. Jarak mereka hanya beberapa senti saja. Melihatnya dengan cara yang begitu tenang dan santai, Gu Wei Ting mau tidak mau merasakan dorongan untuk mengamatinya lebih dekat.

Sejak Gu Hai masih kecil, kesempatan Gu Wei Ting untuk bisa melihat putranya sedekat ini bisalah dihitung dengan jari. Kenangan terakhirnya saat itu adalah ketika wajah Gu Hai hanya seukuran telapak tangannya. Namun, dalam sekejap mata saja, wajah polosnya itu berubah menjadi dewasa dan sangat tampan.

Ketiadaan selama bertahun-tahun dari kehidupan Gu Hai tidak hanya merampas kesempatan Gu Wei Ting untuk mengalami kegembiraan yang datang dengan menjadi seorang ayah, tetapi juga kesempatan untuk menyaksikan putra tunggalnya tumbuh sedikit demi sedikit menjadi pemuda yang baik seperti sekarang ini. Ada begitu banyak detail tentang kehidupan dan kepribadian Gu Hai yang tidak dapat diingat oleh Gu Wei Ting meski sekeras apapun dia mengingatnya. Pertama, dia tidak ingat pertama kali Gu Hai memanggilnya "ayah." Dia juga tidak ingat saat pertama kali Gu Hai belajar berjalan. Dia juga tidak tahu apa yang disukai putranya saat kecil, atau bahkan jenis mainan apa yang dia suka mainkan.

Sejauh yang dia ingat, setiap kali dia akan menghadapi putranya, Gu Wei Ting selalu memasang tampilan yang menyeramkan serta menjaga jarak untuk membuat putranya segan.

Ketika Gu Hai bermalas-malasan selama pelatihan, menimbulkan masalah di sekolah, berkeliaran dengan tidak sopan, dan bahkan ketika hubungan cintanya yang terlarang ini terungkap, selalu bayangan kuat dan jahat inilah yang membayang - bayangi dirinya. Selalu seperti ini.

Gu Wei Ting tidak pernah mencoba mendengar dari sisi putranya, pun tidak pernah memintanya untuk duduk dan  berbicara dari hati ke hati. Sarananya untuk memecahkan masalah apa pun yang dia hadapi adalah selalu dengan mengeluarkan amarah dan bermaksud mengalahkan Gu Hai. Bagian yang menyedihkan dari kenyataan ini adalah rupanya cara seperti inilah yang dipakai untuk mengatasi masalah diantara mereka.

Selama bertahun-tahun, Gu Wei Ting tidak pernah menunjukkan kehangatan apapun terhadap Gu Hai. Bahkan selama beberapa hari pertama setelah istrinya meninggal, Gu Wei Ting tidak pernah tinggal diam. Dia melarikan diri; pergi dari satu tempat ke tempat lain. Dia meninggalkan putra satu-satunya sendirian. Seorang putra yang dipaksa untuk menghadapi kesengsaraan karena kehilangan satu-satunya orang yang menunjukkan cinta dan kasih sayang sendirian. Dia tidak pernah berpikir betapa hancur, sedih, atau menderitanya seorang anak berusia 14 tahun ketika menghadapi tragedi seperti itu. Yang lebih buruknya lagi adalah tidak pernah terpikir olehnya betapa traumanya pengalaman itu bagi seorang anak.

Jadi pada saat itu, dia melihat putranya – yang tingginya lebih dari 180cm – berpegangan erat pada kakinya sendiri dan meringkuk di dalam lemari kecil, rasa sakit yang menusuk tiba-tiba menyerang ulu hatinya.

Dia berpikir,

Terlepas dari kesalahan yang telah dibuat Gu Hai, satu-satunya orang yang harus disalahkan adalah diriku sendiri.

Are you Addicted (Heroin) Buku 1 Part 2 (Lanjutan dari webseries Youtube)Where stories live. Discover now