74.

462 41 10
                                    

___HAPPY READING ___
.
.
.
_____________

Senin telah tiba. Puncak dari perjuangan Siswa-siswi SMA negeri Wira Bakti sebagai akhir dari pertarungan mereka bersekolah adalah hari ini. Satu mata pelajaran akan mereka hadapi setelah mendengar bel masuknya ujian beberapa menit lagi. Untuk mengupaya kelangsungan ujian yang tenang, dan kondusif, sekolah memberikan kebijakan kepada kelas 11 dan 10 untuk belajar di rumah. Dan hal tersebutlah yang membuat suasana sekolah bahkan koridor terasa amat sepi.

Ania, Abi dan Loka yang baru saja tiba di sekolah, berjalan masuk, menggendong tas mereka masing-masing yang saat ini terlihat sedikit mengembang akibat banyaknya buku-buku tebal yang mereka bawa sebagai bahan belajar.

Saat sudah berada di depan ruangan yang mereka tempati, Ania duduk di deretan kursi besi bersama Abi. Dan Loka yang memilih tetap berdiri memperhatikan sekitarnya yang sepertinya tengah membicarakan sesuatu.

"Ada apa si?" tanya Abi melirik beberapa siswa yang membicarakan hal cukup serius.

Loka mengangkat bahunya acuh. Dari hari-hari biasanya, hari ini adalah hari yang paling membuat dia tidak bersemangat untuk bersekolah. Bukan, bukan karena ujian, melainkan karena seseorang yang tidak Loka ketahui keberadaannya.

"Kepo gue, samperin lah." ujar Abi yang langsung berjalan menghampiri mereka.

Ania tidak perduli, dia mengeluarkan buku UN dari dalam tasnya, membuka salah satu lembar dari halaman yang tercetak di sana, dan membacanya dengan fokus.

Tetapi baru membaca satu soal, kursi yang berada di sebelah Ania tiba-tiba bergerak, memberitahukan jika ada seseorang yang mendudukinya.

Dan ternyata benar, Loka berpindah duduk di sebelah Ania dengan helaan nafas yang berat.

"Kenapa Ka pagi-pagi gini udah lesu?" tanya Ania yang menatap Loka dengan penasaran. Tidak biasanya seorang Loka bertingkah lesu seperti ini.

Loka melirik Ania, lagi dan lagi dia menghembuskan nafasnya panjang. "Gue...."

"Anjing!" Abi berlarian heboh dari segerombolan siswa tadi, menuju ke tempat Ania dan Loka yang sontak membuat ucapan Loka terhenti dan membuat kedua sijoli itu mengerutkan keningnya tidak mengerti.

Tanpa memperdulikan kursi panjang yang berbunyi keras seolah tidak bisa menanggung beban berat dari ketiganya, Abi duduk dengan nafas tersengal-sengal dan ekspresi yang menggambarkan betapa terkejutnya dia.

"Lo tau?" tanya Abi penuh gairah yang dibalas gelengan kepala tidak mengerti oleh keduanya.

Cukup lama Ania dan Loka menunggu ucapan Abi selanjutnya, yang masih mengatur nafas serta kerongkongannya yang tercekat kering.

Loka berdecak. "Mau bagi info aja harus pake spoiler dulu?" ucapnya malas.

Abi menggeleng dengan gerak cepat. "Gue yakin kalau kalian tau, ekspresi kalian lebih parah dari gue."

"Kenapa si? Ada apa?" kali ini, Ania bertanya membuka suaranya yang cukup merasa geram dengan Abi yang tidak bercerita tentang masalah apa yang katanya bisa membuat ekspresinya lebih parah dari ekspresi Abi yang terlihat tengah menahan berak.

"Gio menghilang."

"Hah?!"

"Maksud lo?" mereka tidak mengerti. Mereka tidak bisa memahami apa yang Abi maksud.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang