55.

639 72 24
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
____________

"Maaf pasien tidak bisa diselamatkan."

Nafas Bella seakan berhenti saat itu juga. Dia menatap dokter sambil menggeleng, seolah berharap ucapan itu tidak nyata.

Tetapi detak jarum jam terus berjalan, yang menandakan jika waktu saat ini adalah nyata.

Abi terdiam lama, menatap kosong pintu ruangan Ania. Ucapan itu sama sekali tidak bisa dicerna otaknya, bahkan berhasil membuat dunia Abi seakan berhenti sekian detik.

Abi menangis, air mata yang sendari tadi dia tahan tidak bisa terbendung lebih lama lagi.

"Lo beneran ninggalin gue Ania?"

"Dia bukan Ania cewek lemah yang saya kenal, dia kuat. Tolong jangan becanda, periksa dia kembali. Saya yakin pasti ada yang salah dengan dia." ujar Abi dengan suara yang bergetar, menahan tangisannya.

Dokter itu menunduk, menghembuskan nafasnya berat seakan mengerti apa yang Abi rasa saat ini. "Saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tetapi saya tidak bisa menyelamatkan kondisi pasien secara utuh."

"Pasien mengalami lumpuh sementara."

Deg!!

Ucapan menyayatkan itu sukses membuat pertahanan Abi runtuh seketika. Cowok itu mengusap wajahnya kasar dengan air mata yang deras keluar. Harapan Abi tentang keselamatan Ania seakan tertampar begitu saja oleh kenyataan.

Bella, cewek itu terduduk lemas dikursi depan ruangan. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan sambil terisak hebat, mencoba menelan kenyataan pahit yang harus menimpa sahabatnya.

"Di bagian kaki pasien, ada keretakan yang cukup parah dan mengakibatkan kinerja sistem jalannya terganggu."

"Saya tidak tau kejadian apa yang sudah menimpa pasien. Tetapi dari yang saya lihat, saya merasa kalau mental pasien juga ikut terguncang karena suatu masalah besar yang menimpanya."

"Bahkan dari hasil pemeriksaan tadi, jantung pasien tidak berdetak normal seperti jantung manusia pada umumnya."

Dokter perempuan itu menghentikan ucapannya. Dia menatap Abi yang sendari tadi menunduk, menyimak setiap ucapan yang dikatakannya dengan iringan air mata. "Jantung pasien melemah. Dia enggan membuka mata dan lebih memilih masuk ke dalam dunia hayalannya."

"Dan jika dia merasa nyaman dan terus-terusan bergulat dengan dunia hayalannya. Hal itu akan berdampak fatal bagi tubuhnya."

"Dia bisa mengalami koma dalam jangka panjang."

Kerongkongan Abi kelu, dia tidak bisa berucap bahkan tidak sanggup mendengar lebih dalam lagi takdir yang harus Ania terima saat ini.

"Kalau kamu tidak ingin hal itu terjadi. Tolong, jangan terus-terusan menghujam dia dengan segala persoalan yang semakin buat mental dia down."

Pandangan dokter itu tak lepas dari Abi yang masih menunduk sampai saat ini. Dokter itu tau, jika semua ucapannya mungkin membuat Abi terluka, tetapi ucapan semuanya adalah ucapan nyata yang harus disampaikan pada Abi untuk lebih mewanti-wanti kondisi Ania dihari ini dan hari-hari seterusnya.

"Dan kalau saya boleh tau. Tentang jantung pasien, apa dia memiliki penyakit atau kelainan khusus sejak kecil?"

Abi menggeleng tidak tau. "Saya tidak tau. Tetapi baru saja dia melakukan percobaan bunuh diri."

Ucapan Abi berhasil membuat dokter itu shock seketika. Ternyata firasat buruk yang sendari tadi bersarang di otaknya, benar. "Bunuh diri?" tanyanya memastikan. "Dengan apa?"

ANBELINWhere stories live. Discover now