58.

481 56 6
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
____________

Loka membopong tubuh Salsa masuk ke dalam rumah sakit dan memanggil beberapa para suster yang langsung membawa Salsa menuju ruang penanganan.

Di sinilah Loka berada, bersandar di depan tembok sebelah pintu ruangan yang Salsa tempati.

Loka mengusap wajahnya gusar, kenapa selalu dia yang menjadi tujuan utama Salsa? Apa maksud cewek itu dari semua yang sudah dia lakukan padanya?

Jujur, dulu Loka pernah mencintai Salsa setelah dia berhasil melupakan gadis bayangannya pada pikirannya. Besarnya rasa cinta yang Loka berikan pada Salsa ternyata berhasil membuat cewek itu menduakan nya. Salsa berselingkuh di saat Loka berada di ujung cinta, dan penghianatan yang dilakukan oleh Salsa ternyata sudah berjalan cukup lama.

Loka bodoh, dia tidak bisa terpisah dari Salsa secepat cewek itu melupakannya. Perlu lama untuk Loka bisa melupakan Salsa. Dan saat ini, di saat dia sudah sepenuhnya melupakan Salsa, dengan mudah cewek itu kembali masuk ke dalam hidupnya. Bahkan mengaku sebagai ayah dari anak yang dia kandung.

Loka memijat pangkal hidungnya begitu keras, berusaha memikirkan cara untuk keluar dari situasi penuh permasalahan ini.

Salsa licik, dan Loka berhasil terjebak di dalamnya.

Suara decitan pintu yang disusul dengan kehadiran Dokter dari dalam ruangan penanganan dengan raut yang sulit dijelaskan, membuat Loka menegakkan posisinya kembali tegap seperti sedia kala.

Loka menatap bingung dokter itu. Merasa aneh saat dokter perempuan paruh baya tidak mengatakan satu kalimat pun tentang keadaan Salsa. "Gimana keadaan dia?"

Dokter menatap Loka lekat, menerkamnya seakan ada kesalahan besar yang Loka perbuat. "Ada yang mau saya bicarakan sama kamu. Bisa ikut keruangan saya sebentar?"

Loka terdiam sesaat, sebelum dia mengangguk menyetujuinya.

Saat mendapat anggukan dari Loka, dokter langsung berjalan mendahului yang diikuti Loka di belakangnya.

Loka duduk dikursi depan meja kerja dokter. Dia menatap dokter yang sendari tadi diam, dengan wajah yang masih menunjukkan raut bertanya-tanya.

"Apa kamu sudah tau kalau pasien sedang mengandung?"

Pertanyaan dari dokter sukses membuat Loka terdiam membisu. Entah secara tiba-tiba dia merasa hal tidak enak yang sulit untuk diungkapkan.

Loka mengangguk dengan samar.

Dokter menghela nafasnya panjang. "Apa kamu ayah dari anak yang dia kandung?"

"Bukan."

"Tidak usah mengelak, dia datang ke sini dengan kamu, dan kamu tau kalau kondisi dia sedang mengandung. Apa saya harus percaya kalau kamu bukan ayah dari anak yang dia kandung?"

Loka menatap nyalang dokter perempuan paruh baya itu. Jika bukan orang tua, Loka bersumpah dia akan tumbang detik itu juga.

"Saya bukan ayah dari anak yang dia kandung!" tegas Loka.

"Saya tidak tau pasti. Tetapi memang diusia remaja seperti kamu tingkat gairah sex sedang meningkat-meningkatnya. Dan saya sarankan, kalau kamu udah terlanjur terjun ke dunia bebas dan melakukan apa yang harusnya tidak kamu lakukan, kamu harus berani bertanggung jawab."

Tangan Loka mengepal sempurna. Kenapa selalu dia yang terkena sial? Kenapa bukan sewaan Salsa sendiri? Dan sekarang rasanya Loka benar-benar ingin pergi dari ruang jahanam detik ini juga.

"Kamu tidak perlu membela diri kamu lagi, saya sudah mengerti. Dan saat ini kondisi kandungan pasien cukup melemah. Dia tidak terlalu banyak mendapat asupan gizi dari sang ibu, dan kemungkinan besar bisa berdampak buruk pada sang bayi."

ANBELINWhere stories live. Discover now