51.

416 34 0
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
_______________

Ania mengejapkan matanya berkali-kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netra matanya. Saat semua penglihatannya dirasa sudah kembali stabil, mata Ania beredar menatap ruangan yang tengah ia tempati. Terlihat sangat asri dan asing.

"Awsss."

Suara ringisan pelan keluar begitu saja dari mulut Ania saat merasa sesuatu yang berat mencengkeram perut bagian atas nya. Ania menoleh ke depan dan menangkap tangan kekar yang melingkar diperutnya.

Ania tersentak, dia menoleh ke samping, tepat sekali wajahnya bertatapan dengan wajah Alfin yang terpejam menghadap ke arahnya.

"AKHHHHHH!"

Ania berteriak histeris sangkin kagetnya yang membuat Alfin ikut terbangun secara refleks. Sontak dia langsung merubah posisinya menjadi duduk dengan sangat cepat.

Alfin terkejut, dia terbangun dan langsung menatap Ania dengan kesadaran yang sepenuhnya masih tertinggal. "Kenapa kenapa?" tanya cowok itu dengan wajah yang sangat acak-acakan.

Ania memegang bagian dadanya, jantungnya berdegup sangat kencang sekarang.

"Kenapa kamu teriak? Ada apa?"

Ania menggelengkan kepalanya, raut wajahnya sudah tidak bisa dibayangkan lagi sangkin kagetnya. "Nggak papa, aku cuma kaget aja."

Alfin menghembuskan nafasnya kasar dia tidak perduli dan langsung merebahkan tubuhnya kembali dengan seenaknya.

Mata Ania beredar menatap jam yang tertera di depan dinding sana. Pukul 22:45 malam. Mata Ania membulat sempurna. Jadi, dia ketiduran selama itu? Sama Alfin? Disatu ranjang?

Ohh tuhan, maafkan Ania, sungguh ini terjadi di luar pikirannya.

Dengan langkah penuh tergesa-gesa, Ania bergegas beranjak dari kasur menuju sofa yang terletak di dalam kamar ini.

Alfin memicingkan satu matanya dengan ekor mata yang mengikuti pergerakan aneh Ania. "Mau kemana?"

Ania menoleh kilas. "Aku mau pulang."

"Jangan, udah larut. Tidur aja di sini."

Mulut Ania menganga tidak percaya saat Alfin berucap sesantai itu. Iya, tidak masalah jika dia bermalam dirumah Alfin karena esok adalah hari Sabtu. Tetapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah status keduanya yang sama sekali tidak ada ikatan halal dan Ania tidak ingin menimbulkan fitnah jika nanti ada yang mengetahuinya, walau sebenarnya sudah terlanjur terjadi.

Ania menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Tidur sama kamu? Berdua? Nggak Alfin!" tolaknya mentah-mentah.

Alfin terduduk menyandarkan kepalanya pada bahu ranjang, dia menyeringai lebar mengerti dengan situasi Ania saat ini. "Serius? Kamu gak mau tidur berduaan sama aku, hemm?" godaannya dengan alis naik turun.

Ania memutar bola matanya malas. "Jangan mulai!"

Alfin terkekeh kilas, dia berjalan mendekat ke arah Ania. "Biar aku antar kamu pulang, ayo." tangan Alfin menyambar hoodie yang tergeletak di atas sofa dan memakainya dengan cepat.

Saat Alfin akan beranjak keluar dari kamar, tangan Ania sudah terlebih dahulu menahan tangan cowok itu yang seketika membuat Alfin membalikkan tubuhnya secara refleks. "Kenapa?"

"Biar aku pulang sendiri, kamu istirahat aja di rumah."

Alfin melipat kedua tangannya di depan dada menatap Ania dengan lekat. "Aku antar apa tidur di sini?" tanyanya dengan alis yang terangkat sebelah.

ANBELINWhere stories live. Discover now