34.

526 35 118
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
____________

Suasana malam hari di luar sangat sunyi juga mencengkeram, malam yang biasanya sangat tenang juga bertabur bintang berbeda kali ini.

'dwuarr'

Suara gemuruh petir mampu membuyarkan lamunan seorang gadis yang tengah berjalan sendirian dijalan perumahan, dia mendongok ke atas. Langit sangat gelap, dan beberapa kali bentangan kilat terlihat jelas di depan mata.

Ania semakin mempercepat langkahnya, dia baru saja pulang menjenguk Anita. Sebenarnya bukan hanya itu, selepas menjenguk Anita, Ania beralih menjenguk papahnya, agar adil.

Tanpa diminta hujan mengguyur tubuh mungilnya dengan deras yang membuat baju seragam Ania basah seketika. Dia berlari secepat mungkin hingga kakinya berhenti di depan pintu rumah.

'tok tok tok'

"Bang buka!" teriak Ania, dia mencoba membangunkan Adhit yang mungkin sudah tertidur karena hari juga sudah sangat larut.

"Bang Adhit!" teriak Ania lagi.

'ceklek'

Ania bernafas lega saat pintu itu terbuka, namun hanya beberapa detik nafasnya kembali tak tenang saat melihat seseorang yang membuka pintu bukanlah Adhit.

"Kak Gara!" pekik Ania kaget.

Gara menatap Ania dari atas sampai bawah, dia langsung memberikan kunci rumah ke tangan Ania.

"Gue disuruh Adhit buat kasih kunci rumah ke lo," ujar Gara. "Gue kira lo udah pulang, jadi gue kesini buat ngasih ini, tapi ternyata lo nggak ada."

"Bang Adhit dimana?" tanya Ania cemas.

"Dia ada sama gue, tenang aja." Gara tersenyum sambil menatap Ania penuh keyakinan.

Ania mengangguk mengerti, tetapi dalam hatinya berkata lain. Tidak mungkin jika Adhit bermalam di rumah orang lain tanpa sebab. Tega sekali abangnya jika bermalam di rumah orang dengan sengaja meninggalkannya sendirian.

"Gue pulang, lo nggak papa 'kan?" pamit Gara yang ikut merasa iba melihat raut cemas Ania.

Ania mengangguk dengan seulas senyum tipis. "Makasih, kak."

"Hmm," balas Gara, cowok itu menarik tudung hoodie ke atas kepala dan langsung berlalu pergi menerobos hujan.

Ania memandangi tubuh Gara yang kian menghilang dari pandangannya. Saat akan membalikan tubuh, sekilas dia melihat cowok yang berdiri tak jauh dari perumahannya.

"Alfin?" gumam Ania lirih.

Alfin tetap berdiri di depan mobil yang terparkir tidak terlalu jauh dari perumahan Ania. Dia tidak memperdulikan hujan yang terus mengguyur bajunya. Raut kecewa sangat tercetak jelas diwajahnya.

Jantung Ania berdegup dua kali lebih cepat. Kenapa cowok itu ada disana semalam ini? Apa yang harus ia lakukan? Menghampiri? Atau meninggalkannya masuk ke dalam?

Ania bimbang ingin menghampiri cowok itu yang masih berdiri tegap disana, namun disisi lain dia masih mempertanyakan hal yang terus memenuhi isi otaknya.

Ania menghembuskan nafasnya dengan cepat. Bagaimanapun diantara keduanya belum benar-benar jelas seperti yang Ania pikirkan.

Masa bodo dengan tubuhnya yang akan kedinginan nanti, Ania berlarian ke arah Alfin yang tetap berada diposisinya.

Sedangkan cowok itu hanya memperhatikan Ania yang berlari, tanpa ekspresi apapun.

'duwarrr'

ANBELINWhere stories live. Discover now