Beomgyu 35

14.6K 1.1K 143
                                    

Enjoy
___

Tubuh seputih dan selembut kapas itu diusap perlahan menggunakan kain halus, yang telah dibasahi dengan air hangat. Tubuhnya didudukkan di kursi yang senantiasa digunakan kala membersihkan tubuh mungil itu.

Penuh ketelatenan, jemari tangan yang lebih tua tak henti-hentinya menyalurkan usapan-usapan lembut. Sangat lembut hingga takut menyakiti si manis.

Si manis juga tampak diam, tak mempermasalahkan. Juga tak menikmati atau menggubris sang Bibi yang tersenyum lembut ke arahnya.

Pukul tujuh pagi, saat dimana si manis mandi dan membersihkan dirinya. Ah salah, mungkin lebih tepatnya membersihkan dirinya dibantu oleh sang Bibi setiap saat. Seperti yang sudah-sudah, ia mana bisa membersihkan dirinya sendiri--

Sedangkan untuk jalan ke kamar mandi saja ia tak bisa, ia cacat, ia lumpuh, ia tak berguna dan menyusahkan.

"Nah sekarang sudah selesai, Beomie wangi sekali~"

Winwin mengusapkan handuk kering ke tubuh basah sang ponakan, tak ada ekspresi yang ditunjukkan oleh si manis, ia hanya diam. Winwin melilitkan handuk bermotif beruang ke tubuh mungil sang ponakan hingga sebatas dada.

Tak lama, ia keluar dan memanggil Jaehyun yang sudah menunggu di luar.  Jaehyun masuk, menggendong tubuh malaikat kecilnya dengan hati-hati agar tak terjatuh.

Di dudukan di kasur secara perlahan kemudian keluar untuk mengambil sarapan untuk malaikat kecilnya.

Sedangkan Winwin mulai memakaikan satu persatu pakaian untuk menutup tubuh mulus si manis. Setelah selesai, Winwin menghadapkan si manis ke cermin meja rias. Mengambil sisir dan mulai menyisir surai panjang keponakannya.

Diberikan bedak tabur sedikit dan juga lipbalm agar tidak kering, memberikan minyak hangat dengan wangi bayi, menyelipkan poni panjangnya ke telinga-- dan, terlihat sangat cantik.

"Bibi"

Saat hendak membereskan handuk dan semacamnya, suara lirih menginterupsinya. Winwin menoleh, menatap mata kosong milik Beomgyu-- menunggu apa yang akan ponakannya ini katakan.

"Bisakah Beomie mati hari ini?"

Dan lagi, kalimat ini yang selalu Winwin dengar. Kalimat yang menusuk hati dan jiwanya, sakit sekali tatkala Beomgyu selalu menyebutkan kata 'mati ' yang tak ada habisnya.

Winwin tak menjawab, ia hanya tersenyum. Tak tahu lagi harus menjawab apa, karena jawaban Winwin tetap sama. Tak akan membiarkan itu terjadi.

Ceklek!

Pintu terbuka, menampilkan siluet sang kakak sulung dengan baju santainya, berjalan ke arah adik kecilnya duduk.

"Beomie biar sama Mark saja Bibi. Kalau Papa mencari, Mark bawa Beomie berjemur di taman belakang"

"Baiklah, jaga adikmu. Beomie--"

Winwin berjongkok tepat di hadapan sang ponakan yang masih terdiam.

"Bibi tinggal ya, sekarang sama kakak kamu dulu"

Winwin mengecup kedua pipi tirus si manis, tak lupa senyuman lembut yang selalu ia berikan untuk ponakan tersayang.

Setelah itu, Winwin pergi meninggalkan kakak beradik yang masih diselimuti kesunyian. Ah sebenarnya tidak, Mark sudah mengajak bicara adiknya. Namun, adiknya tak merespon barang sepatah kata pun.

Mark menggendong adiknya guna di dudukkan di kursi roda yang selalu ada di sana. Memposisikan duduk sang adik agar merasa nyaman, memperbaiki posisi kedua kaki si manis agar tak menggantung.

Gelas Kaca || BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang