Beomgyu 31

16K 1.2K 236
                                    

Enjoy
___

Sepasang mata bagai burung camar menatap lekat, berkedip beberapa kali dengan jemari besar yang menggenggam jemari yang lebih kecil. Mengecup ringan punggung tangan mungil milik adik kecilnya.

Hari senin pagi, Mark menggantikan Jaehyun untuk menemani si manis. Mereka tak akan membiarkan si manis kesepian atau sendirian lagi, sudah cukup tujuh belas tahu lamanya ia terabaikan. Sekarang, tidak akan terulang lagi.

Hari ini Mark tidak ada kelas, maka dari itu ia menggantikan sang Papa yang ada panggilan mendadak dari kantornya. Sungchan dan Jeno bersikukuh ingin menemani Beomgyu juga, namun ditahan oleh Mark lantaran keduanya akan mengikuti ujian akhir semester.

Dengan embel-embel kekerasan yang dilakukan oleh Mark, keduanya pun menurut. Jadi tinggallah Mark sendiri diruang dingin itu, meninggalkan dirinya yang tak henti-hentinya menatap adik kecilnya dengan mata camar yang menyendu.

Winwin sendiri tidak bisa terus berada di rumah sakit, Winwin juga memiliki pekerjaan kantor yang harus ia siapkan. Sebelum pergi pun Winwin menyematkan sarapan pagi untuk keponakan pertamanya.

Pukul sepuluh tepat, sarapan yang ditinggalkan Winwin dibiarkan mendingin. Bukan bermaksud tidak menghargai, hanya saja Mark sedang tidak nafsu makan.

Menurutnya, dengan menatap adik kecilnya mampu membuat cacing yang ada diperut berhenti bergetar.

Entah inisiatif darimana, Mark menurunkan lengan baju rumah sakit milik Beomgyu. Beberapa garis panjang yang timbul dapat Mark lihat dan rasakan.

Warna coklat dari goresan panjang yang mengering mengotori lengan putih adiknya, bagai kanvas putih yang di tumpahi cat dengan sengaja.

Tangis malang adiknya kala benda tajam itu menggores lengan putihnya kini terngiang di telinga Mark. Bergaung keras hingga meneteskan air matanya yang bahkan sudah kering.

"Pasti sangat sakit ya?"

Pertanyaan bodoh terucap dari bibirnya, ibu jarinya mengelus lengan yang terdapat goresan. Satu tangannya merogoh kantung celana bagian belakang.

Benda pipih yang semula dingin kini menjadi lebih dingin. Mark putar beberapa kali benda persegi panjang itu, hingga sebelah sisinya mengkilap jika terkena cahaya lampu.

Sebuah silet.

Senyuman kecil ia timbulkan. Menempelkan ujung benda tajam pada permukaan kulitnya, menyayat panjang hingga darah mengalir lurus hingga terjatuh di selimut sang adik.

"KAK! LO APA-APAAN?!"

Sebuah tangan langsung menarik tangan Mark yang terluka. Membawanya menjauh dari ranjang sang adik kecil.

"Beomie?"

Suara Sungchan terlihat panik kala ia dan Jeno memergoki Mark yang sedang menggores tangannya. Mereka pikir Mark mencoba menyakiti Beomgyu.

Mark melukai dirinya? Ya, benar.

Hembusan napas lega terdengar dari Sungchan, cukup lega karena adik kecilnya baik-baik saja.

Jeno, ialah pelaku yang menarik tangan Mark. Menatap tajam si kakak sulung seraya menghempaskan lengan yang baru saja di cekalnya.

Tak perduli bahwa tangan Mark terluka.

"Lo udah gila kak!"

Mark tertawa sumbang, membuat Jeno dan Sungchan bergidik melihatnya.

"Gue emang gila! terus lo mau apa?"

Mark menunduk, menatap kembali lengannya yang berdarah. Sekali lagi, kembali menancapkan ujung silet ke lengannya, hendak membuat sayatan baru disana.

Klink!

Gelas Kaca || BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang