Beomgyu 26

13.6K 1.2K 300
                                    

Enjoy
___

Terpaan sinar mentari mengusap wajah ayunya, dua netra bulat nan indah memandang pada deretan tulisan. Punggung sempitnya bersandar pada kayu yang membingkai kaca, piama beruang yang terpakai pun sudah menjadi ciri khas baginya.

Dagu yang awalnya menunduk kini terdongak, mencari arah pandang lain guna menyegarkan penglihatannya yang mulai lelah membaca novel.

Arah pandangnya jatuh pada taman yang dipenuhi oleh bunga, tampak segar dengan balutan bulir embun yang mengkilap. Sinar mentari yang menyorot menghantarkan kehangatan untuk tumbuh.

Tidak sepertinya yang layu, kehilangan mentari sebagai cahayanya untuk tumbuh, bahkan untuk hidup.

Tidak ingin berlarut dalam lubang kepedihan. Si manis memilih abai dan beranjak dari tempat nyamannya. Berjalan ke sudut kasur guna meletakkan novel di atas nakas.

Netranya kembali menangkap kertas dengan jejeran angka dan hari. Ia pandangi dan telisik, hari ini berhenti di tanggal 14 Februari yang mana adalah hari valentine.

Dan bertepatan pula dengan tanggal kelahiran sang Papa, masih melekat kuat di ingatannya tanggal yang menjadi saksi kelahiran keluarga kecilnya. Dari mulai sang Papa hingga orang yang si manis sayangi.

Dua ujung bibir kecilnya terangkat, mencetak senyuman kecil yang begitu manis. Namun, senyuman itu hanya bertahan lima detik. Setelahnya, senyuman itu memudar karena suatu alasan.

Bayang-bayang sang kekasih kini memenuhi pandangan, perasaan bersalah turut mengusiknya.

Ini sudah hari ketiga dimana si manis bersinggah di rumah sang Paman, beristirahat dari kesedihan yang menimpanya beberapa hari lalu.

Bahkan ia melupakan sosok sang kekasih yang sudah lama tidak ia jumpai setelah pertemuan singkat mereka tiga hari yang lalu.

Beberapa pertanyaan mulai menyapa benaknya hingga rasa bersalah kian menumpuk dalam hati.

Bagaimana jika Hyunie-nya mencari?

Bagaiman jika Hyunie-nya kesepian?

Pasti Hyunie sangat khawatir terhadapnya!

Begitulah secarik pertanyaan juga hal negatif yang si manis pikirkan. Namun, sebuah bohlam berwarna jingga hinggap di kepalanya.

Yap, si manis menemukan sebuah ide.

"Apa sekalian aja ya? iya sekalian aja deh!"

Girangnya lalu pergi membersihkan diri di kamar mandi. Sepuluh menit yang di butuhkan oleh si manis untuk bebersih diri, tidak perlu lama karena ia tidak melakukan kegiatan yang berkeringat.

Tubuh kecilnya dibalut oleh kaus berwarna peach polos dan dilapisi oleh cardigan berwarna mint segar. Bagian bawahnya pula sudah dilapisi oleh celana jeans yang tidak terlalu ketat lengkap dengan sepatu mungilnya.

Dengan sedikit semprotan parfum berbau jeruk dan menyisir helaian rambut yang panjang setelinga, tidak perlu pemerah untuk bibir kecilnya karena sudah merah alami.

Akhirnya si manis siap dengan penampilannya. Izin juga sudah didapat dari sang Paman, dan saatnya untuk pergi.

•••

Ujung kaus diremat oleh jemari kecilnya, di pilin secara acak kala rasa gugup melanda raga dan batinnya. Bibir bawah ikut di gigit guna melapiaskan kegugupan yang terus mendera.

Tapak sepatu tipisnya berpijak tepat di depan gedung menjulang tinggi layaknya pilar yang menyangga permukaan langit.

Seutas tali dari bingkisan yang ia bawa di genggam erat, mata bulatnya menatap ragu pada pintu kaca yang berada di depannya.

Gelas Kaca || BeomgyuWhere stories live. Discover now