[CHAPTER 15] Kesan Pertama

Start from the beginning
                                    

    Si lelaki-berpakaian SMP yang serupa dengan seragam sekolah perempuan cerewet tadi-mengisyaratkan teman perempuannya menjelaskan siapa dirinya.

    "Gue Tiara Vallencia. Dan asal lo tahu, gue bukan cewek dia. Apalagi cewek yang ngebet pengen jadiin dia cowok gue," tandas Tiara panjang.

    Dalam hati, Ayana bertanya, kenapa aku harus dengar penjelasan mereka?

    Tiara mengamati lamat-lamat Ayana dari atas sampai ke bawah. Kok, wajahnya nggak asing, ya? Bagai lampu padam yang tiba-tiba bersinar terang, Tiara ingat siapa gadis yang berduaan bersama Andri. "Lo Ayana, ya, kan?"

    Kepala Ayana terangguk perlahan. Ia heran, hari ini ada dua orang yang mengetahui namanya, entah bagimana. Tetapi tidak ada satupun dari mereka yang dikenalnya.

    "Aaaa!" Tiara menjerit kegirangan. "Akhirnya, gue bisa ketemu sama lo!" serunya heboh.

    Ayana dan Andri yang tidak paham maksud dari perkataan Tiara saling tatap.

    "Oh my God!" seru Tiara tak berhenti takjub. "Gue punya banyak pertanyaan buat lo! Dan lo, harus jawab apa yang gue tanya!" Tiara menarik lengan Ayana meninggalkan satu-satunya lelaki di sana.

    Kepala Andri di miringkan. Aneh. Kenapa mendadak Tiara bersikap baik pada Ayana, yang notabenenya adalah orang yang baru ia ketahui?

    Mengingat kenangan masa lalunya ketika pertama kalinya dia bertemu gadis itu benar-benar manis dan ... sedikit aneh. Andri terkekeh pelan. Meraih ponselnya kala berdering menampilkan sebuah notifikasi.

From: Ratu-nya Pangeran
Kenapa lo nggak masuk pas jam terakhir? Lo sakit? Lo nggak kabur, kan? Awas kalau lo kabur! Gue laporin Bu Fanny biar kena skors.

    Senyum Andri terlihat. Tumben sekali Ayana mengiriminya pesan pertama kali. Biasanya dia yang harus memulai. Andri berpikir sejenak. Haruskah ia membalasnya? Tunggu! Apa Ayana mulai menunjukkan rasa khawatir padanya?

From: Ratu-nya Pangeran
Andri?! Cuma lo read?!
Lo kenapa, sih? Gue ada salah sama lo atau apa?

    Andri terkikik geli sendiri membacanya. Benarkah ini pertanda jika cintanya tak bertepuk sebelah tangan? Inikah tanda bahwa dia bisa mendapatkan hati gadis-nya?

    Dengan sengaja Andri membiarkan pesan Ayana terus masuk. Tak perlu menunggu lama pesan lainnya masuk kembali.

From: Ratu-nya Pangeran
Ish! Malah di-read lagi!
Andri! Balas, jangan cuma di-read!

    Andri masih teguh akan pendiriannya. Ingin menguji Ayana yang tengah ada di posisinya. Tidak diberi kepastian meski berkali-kali memberi sinyal. Memilih menunggu balasan dari sang pemilik hati.

    Satu menit berlalu. Andri masih menunggu. Mungkin Ayana tengah berpikir.

    Dua menit terlalui. Andri masih betah menunggu.

    Tiga menit. Dia mulai tidak tenang. Apa mungkin Ayana lelah karena tidak juga mendapat balasan darinya?

    Empat menit. Jarinya gatal ingin membalas pesan Ayana.

    Lima menit kemudian Andri berseru geram. Jarinya bergerak lincah di atas keyboard. Tidak bisa menahan diri lebih lama.

To: Ratu-nya Pangeran
Ayana, lo marah?

    Bermenit-menit berlalu. Namun tak ada tanda-tanda si penerima pesan akan membalas. Dibaca pun tidak. Benar-benar kejam. Meski begitu, Andri tak menyerah kembali mengirimi Ayana pesan.

To: Ratu-nya Pangeran
Gue minta maaf, Ay. Gue terlalu shock pas tahu lo ngirim pesan.
Lo mau kan maafin gue? Ayana, please.

    Andri berharap-harap cemas. Kini dia berjalan mondar-mandir tak tenang di kamarnya. Gelisah. Sayang, si gadis tidak mengindahkan pesannya sama sekali. Baiklah dia tak punya pilihan lain selain ini.

To: Ratu-nya Pangeran
Gue tahu siapa pelaku sebenarnya.

    "Satu," mulai Andri.

    "Dua," hitungnya.

    "Tiga!" Andri berseru girang. Ponselnya berdering. Menampilkan kontak si penelepon di layar. Senyumnya terbit. Menggeser icon berwarna hijau. "Hai," sapanya.

    "Gue harap lo nggak main-main sama gue." Begitulah sapaan Ayana di pembuka percakapan mereka.

    "Gue nggak pernah main-main. Gue serius sama lo, Ayana Reveira," balas Andri.

    Terdengar helaan napas di seberang sana. "Siapa pelaku sebenarnya?"

    "Gue bakal kasih tahu, kalau lo mau terima cinta gue. Gimana?"

    "Gue nggak mau!" teriak Ayana agak kencang.

    "Lo harus mau karena dengan begitu lo tahu siapa pelaku yang ngaku-ngaku sebagai doi Tiara," terang Andri.

    "Gimana caranya gue tahu kalau lo bohongin gue atau nggak? Lo bisa aja ada di pihak dia tanpa gue ketahui," tuding Ayana curiga.

    Andri meneguk ludah susah payah. Bagaimana bisa Ayana berpikir sejauh itu? Ini Ayana yang memang pandai membaca pikiran orang? Atau Andri yang terlalu mudah ditebak?

    "Kenapa? Lo takut ketahuan, hah?!"

    Seruan Ayana menyadarkannya. Dia tertawa sumbang. "Oke, gue jujur gue emang bohongin lo. Tapi dengerin gue dulu. Gue nggak tahu siapa dia sebenarnya, Ay," cetus Andri mengaku kalah. "Maaf."

    "Tadi lo ke mana? Kenapa nggak masuk kelas?"

    "Khawatir gue kenapa-napa, ya?"

    "Hmm," balas Ayana bergumam.

    "Beneran, Ay?! Lo khawatir sama gue?" Andri hampir berteriak saking bahagianya.

    "Iya, sebagai teman sekelas lo nggak lebih," jelas Ayana.

    Andri tertawa miris. Melupakan penjelasan Ayana barusan. "Ayana," sebutnya.

    "Iya, Dri," balas Ayana.

    Andri terdiam. Kapan lo balik suka ke gue, Ayana?

    "Andri? Ada apa?"

    "Gue kangen lo, Ayana," jujur Andri.

    Tak ada sambutan suara si gadis. Justru keheninganlah yang menyapanya. Hatinya tergores kala si gadis berucap. Alih-alih cacian atau makian, Ayana jutru membalas dengan permintaan maaf. Mungkin alangkah lebih baik jika dia tak mendengarnya.

    "Maaf, Dri, gue nggak mau bikin lo berubah," ungkap Ayana pelan. "Kalau gitu gue tutup teleponnya. Malam, Andri."

    Sambungan terputus. Meninggalkan luka tak berdarah di hatinya. Pun kalimat sang gadis yang membekas diingatan. Kata "berubah" terasa ganjil di telinganya. Kenapa?



*

*

*

*

*

TO BE CONTINUED


NOTES
Hello, yeoreobun~
Mau bilang makasih sama yg masih stay here with me *big virtual hug for you
See you on the next chapter~

Salam Kenal,

Indri

FLASHBACK [COMPLETED]Where stories live. Discover now