Part Akhir : Surgaku Kamu

1.1K 53 9
                                    

"Pada hakikatnya, apa yang sudah ditakdirkan untukmu akan mencari jalan untuk menemukanmu. Meskipun jalan itu terlihat mustahil dan berliku."

~ Happy Reading ~

🗝️

Dia termangu memandangi gundukan tanah di depan mata. Pandangannya kosong, seolah tidak ada kehidupan. Langit yang terlihat murung seakan mengusap kepalanya, mengatakan kalau semua yang sudah terjadi adalah takdir yang harus diterima dengan ikhlas. Awan-awan yang sempat berarak pun terlihat berhenti di atasnya, turut bersedih atas apa yang dialami.

Sekali lagi, kepalanya ditundukkan. Dengan berat hati, ia memberanikan diri untuk mengusap nisan yang bertuliskan nama yang begitu istimewa, bersamaan dengan rasa bersalah yang semakin merasuk di sanubari.

"Maafkan aku, Pa, Ma," lirihnya pelan. "Aku belum bisa menepati janji kalian untuk menjaga Aira. Aku belum bisa menjadi pelindung dan teman yang terbaik untuk dia. Maafkan aku."

Ia tidak mampu untuk meneruskan kata-katanya. Sebelum langit benar-benar menangis dan membuat bumi basah dengan airnya, ia memilih untuk segera menaburkan bunga di atas gundukan agar terlihat cantik, secantik raga yang terbaring di bawahnya.

"Aku pamit dulu, Pa, Ma--" Kalimatnya menggantung tatkala benda di sakunya bergetar.

"Assalamu'alaikum, Wa. Gimana?"

"Bang cepat ke sini!" Suruh seseorang di seberang sana.

"Maira udah siuman." Baru akan bertanya ada apa, suara itu membuatnya langsung berdiri. Tanpa menunggu lama, ia segera berpamitan pada pasangan yang mungkin sudah tersenyum dari atas sana. Dua hamba yang sudah melahirkan wanita istimewa dalam hidupnya.

Yazid mempercepat laju mobilnya agar cepat sampai rumah sakit. Ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melihat sang istri membuka mata setelah hampir tiga hari melewati masa kritis. Langkahnya pun ia percepat, menyelip diantara kerumunan pasien yang lewat di depannya.

Sebelum memutar kenop pintu, ia mengambil napas dalam dan mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengahadapi kenyataan. Dalam hati, ia berdoa semoga kali ini Allah benar-benar mengabulkan doanya.

"Assalamu'alaikum warah--"

"Abang darimana aja sih?" serobot wanita yang tiba-tiba muncul di depan pintu. "Wa'alaikumussalam."

"Aira bagaimana?"

Salwa menutup pintu sampai terbuka setengahnya. Wanita itu menatap kakaknya sambil geleng-geleng kepala. Entah apa yang dilakukan laki-laki itu sampai keluar pun tidak memberi tahu. "Maira baru selesai diperiksa sama dokter Arfan."

"Dia enggak kenapa-kenapa, kan, Wa?"

"Daripada mikir yang enggak-enggak kayak kemarin, mendingan Abang langsung cek aja deh. Salwa mau beli makanan dulu."

Baru beberapa langkah, tubuh mungil itu berbalik. "Oh ya, Maira nggak boleh banyak gerak dulu, Bang. Kalau mau peluk, hati-hati. Oke?" peringat Salwa dan berlalu.

Mengamati bayangan sang adik sampai menghilang, tiba-tiba memori sepulang dari bandara itu kembali berputar. Kejadian yang membuat dirinya hampir pingsan karena mendengar sebuah berita kematian seseorang yang ruangannya bersebelahan dengan ruangan istrinya. Yazid sempat kehilangan separuh nyawa karena mengira kalau istrinya tidak bisa diselamatkan. Padahal waktu itu Humaira masih menjalani operasinya.

"Bismillah," rapalnya sebelum membuka pintu. Hatinya meluruh penuh syukur ketika melihat sosok yang amat disayangi sedang tersenyum ke arahnya. Sosok itu tengah menyandarkan kepalanya dengan selang oksigen yang masih menghias di wajah cantiknya.

Surgaku Kamu [SELESAI] ✔️Where stories live. Discover now