Part 3 : Sebuah Kisah

530 59 2
                                    

Bismillah

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

Sinar matahari menembus jendela yang terbuka lebar. Kehangatannya sudah terasa di setiap sudut kamar. Getaran yang berasal dari benda pipih di sampingnya, berhasil menghentikan aktifitas Humaira di depan cermin. Dengan cepat, dia langsung menekan tombol hijau setelah melihat nama yang terpampang di layar.

"Assalamu'alaikum, Mai. Kamu udah siap belum?"

"Wa'alaikumussalam. Iya, ini udah mau berangkat. Kenapa?" Humaira memandangi wajahnya yang terlihat sedikit lelah, seraya memperbaiki posisi jilbabnya.

"Aku jemput kamu ya. Tunggu di depan. Bye."

"Kamu bawa mo-"

Kalimatnya terpotong begitu lawan bicaranya memutus panggilannya sepihak. Humaira mendesah panjang dan langsung melenggang keluar. Dia tidak ingin membuat sahabatnya itu menunggu. Bisa-bisa, sepanjang perjalanan telinganya akan bosen mendengar ceramah yang sudah seperti khutbah hari raya.

"Pa, aku pergi dulu ya." Humaira meraih tangan yang sudah mengerut itu, lalu menciumnya lama.

"Nanti langsung pulang ya. Ada yang mau Papa bicarain," tutur Adam melihat wajah putrinya yang sangat mirip dengan mendiang sang istri.

Humaira lantas mengangguk tanpa bertanya lagi. Setelah mengucap salam, langkahnya beranjak keluar.

"Selamat pagi, Cantik," sapa seseorang yang sudah duduk manis di atas motornya.

Humaira lantas menggelengkan kepala mendengar pujian sahabatnya itu. "Selamat pagi juga," balasnya menutup gerbang. "Kamu kok cepet banget sampainya?"

"Gini-gini aku tu muridnya Valentino Rossi tau."

Humaira menaikkan alisnya sebelah, kemudian tertawa kecil. "Ketahuan Bang Yazid auto dicopot tuh motor," ungkapnya mengingat cerita Salwa tentang sosok kakaknya hari itu.

Salwa juga ikut tertawa, membenarkan perkataan Humaira tadi. Kakaknya itu sangat melarangnya mengendarai motor dengan kebut-kebutan. Tapi bukan Salwa namanya jika langsung menurut. Kakaknya juga tidak tahu kalau hari ini dia pergi ke kampus dengan kendaraan itu.

"Aman kok. Si Abang nggak bakalan tau kalau adiknya yang manis ini bawa motor ke kampus." Salwa mengedipkan matanya sebelah. "Yuk ah, nanti kita terlambat."

Humaira mengambil helm yang disodorkan kepadanya dan langsung menaiki motor matic itu.

"Bawa motornya pelan-pelan ya, Wa. Aku belum mau ninggalin dunia kalau kamu ngebut."

Salwa terkekeh geli mendengar ucapan Humaira dari belakang. Saat ini mereka sudah berada di jalan raya. "Kamu tenang aja, Mai. Kalaupun mati, aku jamin bakal langsung masuk Surga," ujarnya yakin.

"Syukur-syukur masuk, Wa. Kalau mampir ke neraka dulu gimana?"

"Kamu mau mampir?" tanya Salwa yang masih mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.

"Astagfirullah, jangan sampai."

Salwa tidak dapat menahan tawa mendengar ocehan Humaira. "Udah Mai. Kamu tenang aja, aku jamin kita sampai kampus dalam keadaan masih bernapas."

"Aamiin," balas Humaira mengapit tas hitam milik Salwa.

Karena tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, dua kaum hawa itu memilih diam seraya menikmati pemandangan di depan mata.

Surgaku Kamu [SELESAI] ✔️Where stories live. Discover now