Part 18 : Undangan Alika

343 43 0
                                    

Bismillah

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

"Liburan ke Gili Trawangan?"

"Bukan."

"Mendaki ke Rinjani?"

"No no." Wanita itu memainkan telunjuknya, menandakan jawaban tadi salah. "Coba tebak lagi."

"Apa ya?" Humaira mengetuk dagu dengan telunjuknya. Mengingat kembali tempat yang ingin dikunjungi wanita bergamis tosca itu. Karena sejak tadi dia hanya tersenyum sendiri dan membuat Humaira penasaran. "Kayaknya cuma itu deh wishlist kamu, Wa. Apa udah ada rekomendasi lagi selain ke Lombok?"

"Bukan jalan-jalan, Maira. Ini tentang masa depan."

Humaira mengerutkan keningnya. "Kamu mau nyusun skripsi?"

"Bukaaaaann."

"Terus apa, Salwa?"

"Oke deh, aku langsung cerita aja."

Humaira mencebikkan bibirnya, "Dari tadi kek."

Salwa mengeluarkan senyum pepsodent-nya, memperbaiki posisi duduknya dan siap menceritakan sesuatu yang membuat hatinya secerah matahari pagi, padahal senja hampir menampakkan dirinya.

"Duh. Kok deg-degan ya," gurau Salwa mengelus dadanya. Perbuatan wanita itu membuat Humaira semakin bingung dan penasaran. Masalahnya, kuliah sudah selesai sejam yang lalu, dan Humaira belum mengabari Yazid kalau dia sudah pulang karena Salwa langsung menyeretnya ke tempat ini. Sebuah kedai kopi yang menjadi tempat favorit mereka waktu SMA.

"Jadi cerita nggak, Wa?" tanya Humaira yang sudah menopang dagunya, hampir bosan.

"Iya iya." Salwa menyeruput cappucino-nya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya. "Kamu tau Ibrahim nggak?"

"Ayahnya Nabi Ismail, kan?"

"Ih. Bukan, Maira. Bukan Ibrahim alaihi salam, tapi Agiyan Ibrahim Azhari. Anak kelas Bahasa, yang pernah aku ceritain itu lho."

Humaira membulatkan mulutnya membentuk huruf O setelah mengingat setelah mengingat masa SMA-nya. "Si Ibra?" Salwa mengangguk cepat.

"Terus kenapa?" lanjut Humaira masih penasaran.

"Kemarin pas di kajian itu kan, aku ketemu sama dia. Terus dia minta kontakku, Mai. Katanya ada sesuatu yang mau dia omongin," cerita Salwa dengan mata yang terus berbinar.

"Terus?"

"Nah, kemarin dia beneran nge-chat, dan dia bilang mau datang ke rumah."

Humaira yang mulai paham tak kalah membinarkan wajahnya. Dagunya pun sudah tidak ditopang lagi setelah mendengar cerita itu. "Jangan bilang kalau Ibra ..."

"Dia mau minta restu sama Ayah," sambung Salwa dengan senyum lebar.

"Masya Allah, akhirnya." Gadis itu turut bahagia. "Kapan dia mau datang?"

Salwa menghela napas pendek, "Kayaknya, nunggu dia balik Indonesia dulu, Mai."

"Memangnya dia lagi dimana?"

"Dia ambil kuliah di Islamabad, Mai. Dan bentar lagi mau balik."

"Subhanallah." Humaira berdecak kagum. Wanita yang duduk di sampingnya langsung memeluknya erat. "Semoga dipermudah ya, Wa."

"Aamiin," balas Salwa mengurai pelukannya. "Eh, kamu jadi kan ke rumah Papa?"

Humaira mengangguk, hari ini rencananya dia mau ke rumah papanya untuk mengambil sesuatu, dan Salwa sudah bersedia mengantarnya.

Surgaku Kamu [SELESAI] ✔️Where stories live. Discover now