Part 36 : Kembali Dipaksa untuk Ikhlas

322 36 2
                                    

Bismillah

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Maaf ya, Author baru bisa melanjutkan cerita ini kembali :)

Semoga bisa istiqomah sampai tamat. Aamiin.

~Happy Reading~

...

Di luar jendela, cahaya matahari semakin memudar, padahal kicauan burung terdengar begitu bahagia seperti hari akan begitu bersinar. Namun, yang terjadi beberapa jam setelahnya justru terbalik dari apa yang diharapkan. Kini, sinar Sang Surya tengah bersembunyi di balik awan hitam. Entah mengapa, akhir-akhir ini cuaca seringkali tidak menentu. Kadang panas yang begitu menyengat tiba-tiba turun hujan, begitu pun sebaliknya.

Bunyi gesekan wajan dan sendok terdengar nyaring dari lantai bawah. Humaira memastikan kalau sang Bunda sedang membuat sarapan untuk para penghuni rumah yang masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bukan tidak ingin membantu, hanya saja Yulia tidak membolehkan dirinya bekerja terlalu keras, meskipun hanya membawa piring kotor untuk dicuci setelah makan.

Humaira paham bahwa semua larangan itu untuk kebaikannya juga. Sikap Yulia, Rahman dan suaminya yang begitu posesif merupakan bentuk kasih sayang dan perhatian mereka kepada dirinya. Namun jauh dalam hati, Humaira merasa tidak enak hati. Setiap kali ia tidak bisa membantu Yulia, selalu ada sesal dan kesedihan yang ia rasakan.

Kenyataan akan kondisi dirinya sekarang membuatnya terlihat tidak berdaya. Bahkan, Humaira sering berpikir kalau dirinya tidak berguna. Akan tetapi, semua pemikiran itu selalu berhasil dipatahkan oleh kalimat-kalimat yang dikatakan Yazid kepadanya. Dukungan dan semangat dari keluarga, terutama sang suami, membuat Humaira lebih kuat. Meski begitu, ia tidak bisa mengingkari sejauh mana ia mampu berusaha kuat.

"Aira pasti sembuh, aku yakin."

Kalimat motivasi yang selalu dikatakan Yazid kembali terngiang di telinganya. Bersamaan dengan memori tentang keinginan Hasan yang bersikukuh menikahkan Yazid dengan Alika. Dua hal itu saling bertabrakan dalam hatinya, membuat hidupnya kembali berlabuh dalam lautan kegelisahan.

Humaira belum bisa menyeimbangkan antara keinginan dan kebahagiaan. Keinginannya untuk selalu berada di samping suaminya, dan kebahagiaan untuk Yazid setelah kepergiannya. Entah mengapa, Humaira selalu merasa kalau hidupnya tidak akan lama. Terlebih, akhir-akhir ini ia seringkali bermimpi bertemu dengan kedua orang tuanya.

Setelah berdamai dengan pikirannya, gadis yang sudah mengenakan tunik berwarna navy polos dan rok panjang warna hitam itu kembali menghela napas. Ia memperbaiki ujung jilbabnya yang sedikit kusut, lalu beranjak mengambil tas selempang dan berjalan ke luar.

Namun sebelum sampai depan pintu, sepasang tangan tiba-tiba memeluknya dari belakang. Humaira tersenyum ketika mengetahui pemilik kedua tangan itu.

"Kak Yazid udah bangun?"

Bukannya menjawab, laki-laki itu semakin menenggelamkan wajahnya di pundak sang istri. "Mau kemana? Kok udah cantik banget?" Yazid bertanya balik.

Humaira melepas pelukan itu dengan perlahan. Ia lantas membalikkan badan menghadap suaminya. Seketika itu juga, tangan kecilnya mulai merapikan rambut Yazid yang sedikit berantakan.

"Aku mau ke rumah sakit, Kak."

"Lho, bukannya kemarin udah?"

Humaira mengiyakan, "aku mau jengukin Vivi. Hari ini dia mau melakukan operasi transplantasinya, Kak," jelas Humaira membuat Yazid mengangguk paham. "Boleh, kan?"

Surgaku Kamu [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang