Part 41 : Potongan Takdir

330 33 1
                                    

Bismillah

Assalamu'alaikum 👋
Yeay akhirnya bisa update lagi ^^

Jangan lupa tekan tanda bintangnya yaa

~ Happy Reading ~

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

Desiran angin yang perlahan masuk melewati celah jendela berhasil menampilkan indah cahaya matahari dari gorden yang tersingkap. Sinar yang terasa hangat itu akhirnya mampu menyentuh kulit gadis yang masih terlelap. Perlahan, kelopak matanya terbuka. Meski belum terbuka seluruhnya, tapi ia sudah bisa mengenali tempat yang saat ini disinggahi.

Dengan napas yang masih dinormalkan, gadis itu mencoba bangun dari tidurnya. Awalnya ia ingin ke kamar kecil tapi urung karena kakinya masih terasa lemas. Tidak bisa memaksa berdiri, akhirnya Humaira memilih menyandarkan kepala di tepian bantal sambil mengamati indah suasana sore dari luar jendela.

Setelah lumayan lama mengamati sekitar, tenggorokannya terasa kering. Tangan yang bebas dari selang infus ia gunakan untuk mengambil air di atas nakas. Meskipun sedikit kewalahan karena tangannya yang terlalu pendek, Humaira tetap berusaha untuk meraih gelas yang berisi air. Hingga pekikan seseorang membuatnya fokusnya teralih.

"Kamu mau ngapain? Nanti kamu bisa jatuh, Mai," oceh wanita yang sedang berjalan ke arahnya dengan gerakan cepat.

"Aku mau minum, Kak, tapi gelasnya kejauhan."

Alika yang terkejut melihat perbuatan Humaira tadi spontan menggeleng. Ia langsung memperbaiki posisi Humaira dan mengambil gelas yang dimaksud. "Kan bisa panggil nurse atau aku, Mai. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa." Alika memberikan gelas yang berisi air putih itu kepada Humaira.

"Aku nggak tau kalau Kak Alika ada di sini," ujar Humaira setelah minumannya habis. "Terima kasih, Kak."

Alika mengangguk dan segera mengambil gelas yang sudah kosong tadi, kemudian meletakkannya pada posisi sebelumnya.

"Kak Alika masih di sini?" tanya Humaira setelah wanita beda usia itu duduk di sampingnya.

Alika mengangguk, "iya, Mai. Tadi Yazid pergi sholat, jadi dia titipin kamu ke aku."

"Maaf sudah merepotkan, Kak," lirih Humaira dengan wajah menunduk.

Merasa ada yang salah dengan kalimatnya, Alika lantas menggeleng. "Bukan gitu maksudku, Mai. Kamu nggak merepotkan siapapun, kok. Aku memang ingin jagain kamu sampai kamu bangun. Aku mau mastiin kalau keadaan kamu baik-baik saja."

"Terima kasih atas perhatiannya, Kak. Tapi aku nggak apa-apa. Nanti juga terbiasa," timpal Humaira memaksa untuk menampilkan senyumnya. Berharap tidak ada yang merasa iba atas kondisinya saat ini. Biarlah dirinya dan Tuhan yang tahu derita yang ia rasakan.

Alika yang mendengar itu merasa lega, setidaknya Humaira punya optimisme untuk terus bertahan melawan penyakitnya. Entah angin darimana, Alika langsung memeluk Humaira, seakan memberikan kekuatan dari pelukannya.

"Pokoknya, kamu harus sembuh, ya. Biar kita bisa sama-sama lagi. Aku bisa ngajakin kamu keliling Indonesia, jalan-jalan ke Lombok, dan semua hal yang ingin kamu lakukan."

Humaira sedikit terkejut mendengar Alika yang begitu hafal dengan hal-hal yang ingin ia lakukan dan tempat yang ingin ia kunjungi. Sebelum bertanya, Alika lebih dahulu mengatakan kalau dia tahu itu semua dari buku Yazid yang tertinggal di rumahnya.

Sebelum melanjutkan kalimatnya, Alika melepas pelukan mereka. Kedua kaum hawa itu saling menatap satu sama lain. "Aku harap, suatu hari nanti kita bisa melakukannya bersama-sama. Seperti yang kamu inginkan, Maira," lanjut Alika yang belum mengendurkan senyumnya.

Surgaku Kamu [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang