Part 31 : Keinginan Humaira

317 34 1
                                    

Bismillah

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

Yazid mengusap wajahnya pelan, menghilangkan sisa air wudhu yang masih menempel di keningnya. Selepas melaksanakan sholat Dzuhur di masjid rumah sakit, raganya enggan untuk beranjak dari rumah Ilahi itu.

Mulutnya masih merapalkan zikir, berharap menemukan ketenangan dan kedamaian dari setiap kata yang terucap. Tiga menit, tangannya menengadah ke atas. Mulai bercerita dengan Tuhannya, tentang semua rasa yang dia rasakan saat ini.

Dalam diamnya, kalimat demi kalimat yang keluar dari penjelasan Arfan beberapa menit yang lalu kembali berputar di kepalanya. Menciptakan genangan kecil di pelupuk matanya.

"Kondisinya semakin memburuk akibat dari keterlambatannya melakukan transfusi hari kemarin, sehingga dia bisa merasakan pusing yang teramat karena kekurangan Hb. Mungkin itu yang membuatnya tiba-tiba pingsan."

"Apa ini bisa disembuhkan?"

Arfan menggeleng pelan. Hal itu membuat tangan Yazid mengepal. "Anda Dokter, tidak mungkin Anda tidak bisa menyembuhkan satu penyakit?!"

"Tenangkan dirimu dulu. Kami hanya perantara, Zid. Hanya Allah yang bisa memberikan kesembuhan. Jadi, banyaklah berharap kepada-Nya. Karena sampai sekarang, penyakit ini belum bisa ditemukan obatnya."

"Apa ada cara lain agar istri saya bisa bertahan hidup lebih lama?" tanya Yazid penuh harap. Amarah yang sempat memuncak sudah berhasil ia redam dengan mengucap istighfar berkali-kali.

"Tentu ada. Allah tidak pernah menurunkan suatu masalah tanpa solusinya, begitu juga dengan sakit. Namun, untuk penderita mayor seperti Maira, caranya sedikit sulit dan resikonya juga besar."

"Apa itu?"

"Transplantasi sumsum tulang."

Setitik air turun melewati wajah putihnya. Laki-laki itu menangis dalam sujudnya. Sepanjang sholat sunah tadi, pikirannya sesekali teringat dengan kondisi istrinya saat ini.

Assalamu'alaikum warahmatullah ...

Dua salam berhasil menyelesaikan sholatnya. Bertemu dengan Tuhannya membuat relung hati yang sempat menyerah dan putus asa, kembali bersemangat. Keyakinan Yazid akan kekuasaan Ilahi menjadikan raganya lebih kuatnya untuk menerima kenyataan.

Dia tidak boleh lemah, apalagi marah. Meskipun Humaira sudah menyembunyikan hal sebesar ini dan membuatnya kecewa. Yazid harus selalu ada di samping gadis itu. Menguatkan hati dan membantunya melewati masa-masa sulit ini. Hati kecilnya berkali-kali meyakini kalau Aira-nya pasti sembuh.

Namun ternyata, keyakinan itu hanya berlaku sampai depan pintu. Ketika memasuki ruangan istrinya, kepingan harapan itu seketika sirna melihat raga yang terbaring di sana. Seorang insan yang hidupnya seakan bertopang pada selang infus yang mengalirkan cairan ke dalam tubuhnya.

Laki-laki itu mendudukkan diri di samping Humaira. Meraih tangan yang semakin kurus itu dan menempelkannya di pipi. Tangan yang lain kini sudah berada di salah satu sisi wajah gadis itu.

"Bangun, Ai. Katanya kamu mau kasih kejutan buat aku," gumam Yazid membuat kelopak mata yang sudah berkantung itu terbuka. "Apa ini kejutannya?"

Surgaku Kamu [SELESAI] ✔️Where stories live. Discover now