36|Kecelakaan

161 7 0
                                    

"Huh, gue bingung mau ngapain kali ini. Mana Ayah sama Ibu lagi pacaran. Duh nasib pacar gue lagi nge-jones disana," geleng-geleng Ocha.

Ocha dengan Ryan sudah berpacaran dari kelas IX SMP dan mulai bertunangan saat kelas XI SMA. Beruntung sekali Ocha.

Jika kalian bertanya apakah Ocha memiliki haters? Tentu saja ada tapi main di belakang.

Omong-omong, Ocha jadi merindukan kekasih yang dicintainya itu. Ryan sedang apa? Selingkuh tidak? Bagaimana dengan tubuhnya? Kurus apa gemuk?

Berbagai banyak yang melintasi otak kecilnya itu.

"Kapan gue mau balik kalau ini aja belum selesai-selesai."

Lalu Ocha pun keluar dari kamar dan menuruni setiap tangga dibawahnya. Rumahnya sedang sepi.

Deric? Entahlah kemana perginya itu anak.

Setelah sudah mencapai tangga akhir di bawah, Ocha berjalan santai menuju ke dapur dan mengambil gelas yang sudah berisikan air di dalam kulkas.

Meneguknya dengan lancar.

Drrttt! Drrttt!

Terdengar suara ponsel berdering milik Ocha. Ocha bergegas menuju ruang tamu dimana ponselnya sengaja ditaruh di meja.

'Huh ternyata cuman SMS doang' batin Ocha.

Ocha berpikir keras bagaimana caranya agar bosannya itu hilang.

Jika di dunianya itu, Ocha sering bermain di luar. Terkadang bersama kekasihnya dan juga terkadang bersama para sohibnya itu.

Setelah dipikir lama-lama yang membuat otak Ocha memanas, akhirnya Ocha memilih untuk ke Megamart.

Megamart sendiri toko yang serba ada. Makanan ada, minuman ada, peralatan ada, bahkan perlengkapan bayi pun juga ada. Lebih enaknya lagi harganya murah lebay.

Maka dari itu Megamart ini sudah penuh orang yang berdatangan untuk membeli sesuatu disana.

Ocha berbalik ke kamar dan mengambil jaket beserta uang recehannya itu. Jangan lupakan ponsel selalu dibawa kemana-mana.

Jalan kaki? Tentu saja. Ocha ingin berjalan karena ingin mengurangi waktu. Hahaha aneh-aneh saja Ocha.

__________

Setelah berbelanja murah lebay di Megamart, Ocha terlalu fokus dengan ponselnya sehingga tak melihat jika ada pengendara motor yang cepat melalui jalan tersebut.

Karena pengendara motor tersebut tidak mau menabrak orang maka dia menabrakkan dirinya sendiri ke pohon.

Sayang sekali, rencana hanya rencana. Pengendara motor tersebut belum sempat menuju ke pepohonan eh malah sudah diserempet truk sampah.

Yang mengakibatkan fatal motor pengendara tersebut hancur dan orangnya terlempar jauh mengenai batu besar.

Ocha yang mendengar suara kecelakaan pun langsung menengok dan melototkan matanya kaget.

Ocha menoleh ke truk sampahnya yang masih aman-aman saja hanya saja kepala orang yang sedang menyetir terkena benturan sampai-sampai dahinya berdarah.

Untung truk sampahnya cuman benyok di depan.

Ocha berlari menghampiri pengendara motor tersebut untuk melihat cek keadaan orang tersebut.

Dibantu oleh warga sekitar yang melihat kejadiannya langsung.

'Ih kasian banget ya pengendara motor itu'

'Hooh saya sampe gak tega ngeliat dia keserempet truk'

'Untung motornya doang yang keserempet, badannya doang yang mental'

'Tapi tetep ajach sama-sama nyeremin bu'

'Ah sudahlah liat tuh gegara gadis itu kok'

'Hah maksudnya?'

'Iya gadis itu yang salah. Ngapain coba main hp dijalan'

'Gitulah anak zaman sekarang bu, makanya saya gak ngizinin anak saya bawa hp'

'Pasti emak bapaknya kaga pedulian tuh'

'Loh itukan si Vianus si paling sial itu'

'Lah iya bener'

Ocha menghela napas kasar. Memang ini salahnya.

Tapi apa ibu-ibu itu tak sadar perkataannya itu bisa mengakibatkan memiliki penyakit hati tak bisa memaafkan gosip?

Huh.

Lalu bapak-bapak pun mengangkat orang terlempar itu ke tanah yang lebih bersih.

Dan bapak satu-satunya lagi mencoba membuka helm dari anak pemuda itu.

Bisa Ocha lihat itu seorang laki-laki.

'Apa jangan-jangan Arbi?' batin Ocha'

Saat dibuka ternyata...







































Darah dari kepala laki-laki tersebut sudah berceceran ke wajah laki-laki itu hingga Ocha tidak tahu siapa laki-laki tersebut.

"Em neng, maaf teh. Boleh panggil ambulannya? Saya gak bawa hp," kata bapak-bapak lain.

Ocha mengangguk lalu menekan nomor telepon ambulan agar laki-laki itu langsung dibawa ke rumah sakit untuk ditangani.

Sementara disisi lain, Bella sedang merenungi sikapnya yang tak baik kepada sahabatnya itu.

Yeah, Bella sudah menerima Vianus sebagai sahabat satu-satunya. Karena hanya dia yang masih mau berteman dengan dirinya.

Entah sampai kapan Bella harus berbohong dan menjauhi Vianus.

Tapi ini juga menyangkut rahasia dirinya yang diketahui Varden.

Rahasia apa? Tentunya rahasia yang akan diceritakan nanti.

Karena tak ingin selalu memikirkan kesalahannya kepada Vianus, Bella memainkan ponselnya tersebut.

Tiba-tiba saja ada pesan berita tentang kecelakaan di dekat perumahan Vianus. Jantung Bella seakan ditarik dengan kencang sehingga berdetak dengan cepat.

Bella memencet salah satu berita tersebut dan terkejut.

Prangg!

Hingga tak sadar bahwa ponselnya itu sudah terjatuh tidak berperasaan.

"Kenapa harus lo, Adji."

__________

Helloo kawann, masih inget alur ceritanya gak nih?? Kalau lupa ya ulang lagi aja hehew. Siapa nih yang tebakannya bener?

ADA YANG MAU DIOMONGIN SAMA AKEI?

BELLA

OCHA

ADJI

See you next chapter kawan!

Octavianus [On Going] Where stories live. Discover now