03|Keluarga Vianus

823 46 22
                                    

BRAKK

Langsung saja Ocha terjatuh diatas kasur.

"Aww, gapapa sih jatuhnya ke kasur daripada ke hatinya doi, eaa," langsung teringat pacarnya, Ocha langsung memukul bibirnya.

"Sekate-kate Lo bibir, mentang-mentang gak bisa ngomong. Lo ngikut-ngikut bae"

Sudahlah bibir saja sudah disalahkan. Ocha langsung terpikir ucapan Bidadari Elicia itu.
"Kamu menggantikan seseorang yang telah menyerah dalam kehidupannya. Dan karena kamu berani memasuki ruang rahasia itu, maka kamu yang akan menggantinya"

"Hmm, apa kek transmigrasi-transmigrasi di novel? Kalau iya mah Gue mau banget. Bisa ketemu cogan sementara. Bwahahaha," ujar Ocha sambil tertawa.

Karena telah lelah tertawa, ia langsung tertidur nyenyak. Sampai tidak tahu bahwa ada yang mendengarnya berbicara sendiri.

__________

Pagi harinya, Ocha terbangun karena mendengar suara bising. Karena penasaran, Ocha langsung bangun dan keluar dengan menggerutu.

"Itu orang gak ngerti apa, masih pagi udah kaya mau lahiran aje", setelah diluar kamar. Ocha melihat dua orang paruh baya sedang duduk di ruang tamu. Ocha berpikir mungkin mereka adalah orang tua dari raga ini.

Ocha turun dari tangga dan mengernyitkan dahi, bukan mereka saja disana. Ada pria berjas hitam yang sedang menatapnya tajam. Ocha yang tak mengerti pun bertanya, "Lo napa dah, liatin Gue kaya mau bunuh Gue aja"

Pria itu mendengus kesal, dan menatapnya dingin. Ia tak menjawab pertanyaan Ocha membuat Ocha sangat kesal. Akhirnya Ocha menarik napas pelan lalu menatap kembali pria itu seolah ia tak takut dengannya.

Setelah sampai dibawah, Kedua orang itu sadar dan langsung menegakkan badannya.
"Kenapa kamu kebawah?" tanya Ayah dari raga Vianus itu.

Ocha memalingkan wajah dan menoleh kearah Ayah Vianus dan berdeham pelan supaya tak canggung.

"Aku terbangun karena mendengar suara bising dari bawah dan melihat ada Ayah, Mama, dan orang ini" kata Ocha dengan panjang.

Ayah Vianus mengangguk dan menatap pria yang sedari menatap dingin kearah Ocha.
Ayah Vianus menghela napas dan menatap kembali.
"Deric, Ayah mohon kamu nanti antarkan Vianus kesekolah-nya"

Mendengar hal itu pria yang dipanggil Deric menggelengkan kepala tidak mau. Karena kesalahan yang dibuat Vianus membuat Deric sangat membenci gadis satu ini.

Ayah kembali berusaha membujuk Deric untuk mengantarkan Vianus ke sekolah. Ocha yang melihat itu hanya menatap mereka secara bergantian. Deric yang merasa kesal Ayahnya selalu membujuknya pun membuat Ocha kaget sekaligus tak mengerti.

"Aku tidak mau anter dia Yah, secara dia itu pembunuh" kata Deric dengan menekankan kata pembunuh. Ocha berpikir dalam hati 'Oh jadi Vianus itu dibilang pembunuh, tapi siapa yang dibunuh Vianus?'

Ayah yang mendengarnya pun langsung bangkit dan menatap putranya tajam. Ia adalah Deric, kaka kandung dari Vianus sekaligus kaka satu-satunya.

"Ayah tak pernah mengajar kamu untuk berbicara seperti itu kepada adikmu Deric" kata Ayah itu dengan dingin. Ibunya hanya melihat keduanya bertengkar. Ia tak bisa membantunya karena pasti Deric akan salah paham.

Karena tidak mau mengambil masalah lebih panjang, ia menatap adiknya dengan kesal dan berucap "Terserah Ayahlah kalau tidak ingin mendengar fakta" lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Ocha menatap Ayahnya yang sedari tadi sedang menahan emosi, Ocha menghampiri Ayah dari Vianus itu dan mengelus pelan tangannya. Ayah menengok dan melihat Vianus tersenyum lembut.

"Terimakasih Ayah" Ayah hanya mengangguk pelan lalu melepaskan tangan Vianus dan menghampiri istrinya yang sedari tadi diam. Dan mereka pun meninggalkan Vianus sendiri.

Ocha pun langsung kekamar dan membersihkan diri karena Deric kaka dari Vianus akan mengantarkannya ke sekolah. Itu membuat Ocha jantungan dan sekaligus bingung, apa Vianus memang tidak memiliki teman? Nanti saja ia pikirkan.

__________

Jangan lupa vote, coment, dan sharenya ya. Semoga suka, see you.

Octavianus [On Going] Where stories live. Discover now