35. Kesedihan

1.2K 49 1
                                    

Hari ini adalah memasuki hari ketiga Laira koma. Malam ini, Vincent berjaga untuk menemani Laira yang belum juga belum membuka matanya dan diluar ruangan ada 20 anggota Bruiser termasuk anggota inti ikut berjaga. Vincent duduk dikursi disamping brankar Laira. Ia mengelus lembut tangan istrinya, manik matanya sedari tadi tak lepas dari wajah tenang istrinya yang terbaring diatas brankar.

"Kamu kapan bangunnya, sayang?" Racau Vincent.

Vincent berdiri dari duduknya melangkah toilet hendak membuang air kecil.

Setelah keluar dari toilet, Vincent melihat istrinya yang mulai mengerjap, ia segera mendekati Laira.

"Centzo..."

Vincent memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Iya, sayang?"

"Tiga hari lalu aku jatuh, perut aku sakit sakit banget. Baby-nya baik-baik aja kan?" Tanya Laira seraya memegangi perutnya.

"Sayang, kamu mau minum dulu? Atau makan?"

"Aku nggak haus atau laper, aku tanya baby-nya baik-baik aja kan?"

"Sayang..."

Laira mengernyit bingung. "Kenapa?"

Vincent menarik napas dalam-dalam, ia tetap memberikkan senyum terbaiknya untuk istri kecilnya. Ia langsung merengkuh tubuh istrinya.

"Allah lebih sayang baby, kamu harus ikhlas, sayang."

Seketika tangis Laira pecah dan menggelengkan kepalanya lemah, ia meremas kuat perutnya dan memukulnya membuat Vincent langsung menahan tangan Laira.

"Sayang, kamu nggak boleh nyakitin diri sendiri, jangan seperti ini."

"Semua salah aku, aku gagal menjadi orang tua, aku gagal menjaga anak kita. Aku gagal!!"

Vincent melepaskan pelukannya, ia menatap teduh kedua mata Laira yang sudah sembab, dengan sayang Vincent mengecup kedua mata istrinya. "Nggak sayang, ini semua sudah takdir. Kamu nggak pernah gagal menjadi ibu, kamu ibu yang hebat."

"Maaf Centzo, aku gagal memberikan kamu keturunan."

Vincent kembali merengkuh tubuh Laira, memeluk erat tubuh Laira yang tengah menangis, ia membelai lembut kepala Laira, menyalurkan kekuatan untuk istri kecilnya. "Jangan minta maaf."

Laira menggeleng. "Ini salah aku, seandainya waktu itu aku nggak teledor jagain dedek bayinya pasti kita nggak akan kehilangan anak kita."

"Aku gagal, Centzo..." racau Laira.

"Sayang, jangan ngomong seperti itu. Kamu nggak pernah gagal menjadi istri dan ibu. Ikhlaskan, sayang. Suatu saat Allah akan memberikan kita anak lagi, kamu harus yakin dengan takdir Allah." Vincent menghalau air matanya agar tidak luruh dihadapan Laira.

Vincent kembali menatap Laira yang tidak mengeluarkan isakan lagi. "Sayang?" panggil Vincent, ia mendongakkan kepala Laira keatas ternyata Laira pingsan dalam pelukannya membuat Vincent panik seketika.

"Sayang, bangun sayang." Vincent menepuk pelan pipi Laira.

"DOKTER! DOKTER!" Teriak Vincent menekan tombol nurse call.

20 anggota Bruiser dan Nargis yang berjaga di luar ruangan Laira terbangun dari tidurnya karena terkejut mendengar teriakan Vincent dari dalam ruangan Laira, mereka ikut panik. Nargis cewek satu-satunya yang ikut berjaga di luar ruangan Laira. Anggota Bruiser sudah melarang keras cewek itu agar tidak ikut berjaga namun Nargis tetap Nargis, cewek keras kepala yang tidak bisa diperintah oleh siapapun kecuali Laira. Mendengar teriakan sang ketua, anggota inti Bruiser dan Nargis segera masuk.

Sang PenaklukWhere stories live. Discover now