22. Perhatian Laira

2.4K 103 0
                                    

Sedari tadi Laira mondar-mandir di depan kamar setelah makan malam, keringat panas dingin bercucuran di wajahnya, ia bingung harus di sini sampai pagi atau masu, dan ia akan melakukan kewajibannya sebagai istri.

"Ngapain masih di sini?" Tanya Vincent saat baru saja membuka pintu kamar, ia keluar karena Laira terlalu lama memasuki kamar.

Laira terjingkat kaget. "S-sejak k-kapan lo di sini?" tanyanya, gugup.

"Lo lama makanya gue keluar buat nusul lo." Vincent segera menggendong gadis itu masuk kamar dan menurunkannya di atas ranjang.

Laira menunduk takut. "Centzo, g-gue belum siap."

"Emang kita mau ngapain?" Tanya Vincent pura-pura tidak tahu.

Laira mendongak ke atas menatap Vincent. "Kata lo?"

"Apa?"

"Pas di rooftop, lo sendiri yang bilang."

"Lo mau?"

Dengan cepat Laira menggeleng, "nggak."

Vincent mendudukkan Laira di atas pangkuannya lalu mengelus lembut pipi tembam gadis itu. "Gue gak akan maksa kalo lo belum siap."

Laira menunduk, "maaf."

"Jangan minta maaf, lo nggak salah."

"Lo pasti kecewa sama gue."

Vincent mengggeleng. "Gue gak marah ataupun kecewa, gue gak akan maksa lo sampe lo siap." Vincent membelai lembut rambut Laira.

Drrtt... Drrtt...

Getaran dari ponsel Vincent mengalihkan atensi keduanya, Vincent menurunkan Laira lalu melangkah menuju nakas dan mengambil benda pipih itu.

"Gawat Bos," ucap Mazhar di seberang sana. Iya, yang menelepon Vincent adalah Mazhar.

"Tadi Dellen ngabarin katanya, Chayden ngeroyok Dellen, Fazil sama Barnard sekarang kita mau kesana."

Tanpa menjawab Vincent segera mematikan sambungan telponnya lalu menyambar jaket kebanggaan Bruiser dan memakainya membuat Laira mengernyit.

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Ada urusan bentar."

"Ikut."

"Udah malem, jangan ya? Nanti masuk angin."

Laira mengerucutkan bibirnya. "Yaudah, hati-hati, pulangnya jangan kemalaman."

Vincent tersenyum. "Iya sayang, pergi dulu ya?"

Laira tersenyum salah tingkah.

CUP

CUP

CUP

Vincent mengecup kening dan kedua pipi Laira. "Tidur, kalo ada apa-apa langsung telpon gue." Setelahnya, Vincent langsung menyambar kunci motornya dan melenggang keluar kamar.

☜☆☞

Vincent segera melepas helmnya dan turun dari motornya, ia melangkah maju untuk membantu anggotanya.

Saat melihat Vincent datang, Jack segera memukul bahu Vincent menggunakan tongkat base ball.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Tiga pukulan sekaligus Vincent layangkan di perut Jack, cowok itu terbatuk karena kesakitan. Tidak ingin kalah, Jack pun membalasnya memukul wajah Vincent beberapa kali lalu menendang tubuh Vincent hingga membuat cowok itu mundur beberapa langkah ke belakang.

Sang PenaklukNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ