Duabelas

35 38 35
                                    

Hai..
Apa kabar?

Happy Reading

Tandai jika ada, typo!

•••

MAURA POV

Aku terbangun dengan tubuh yang sangat lemas dan juga pusing yang mendera. Aku bangkit dari tidurku sembari meringis memegang kepala. Orang yang pertama aku lihat adalah, Ken. Ia tertidur dengan tanganku yang sedang ia pegang.

Kuamati wajah polosnya ketika ia tertidur. Sangat tampan, aku tersenyum kecil melihatnya. Aku celingak-celinguk melihat keadaan sekitar. Tenggorokanku sangat kering, aku butuh minum. Kuraih gelas yang berada dinakas sebisa mungkin.

Sangat sulit karena aku meraihnya menggunakan tangan sebelah kiri yang tengah di infus. Disaat hampir sampai menjangkaunya. Ken menggeliat pelan membuatku tersentak kaget dan malah menyenggol gelas tersebut hingga jatuh kelantai.

Prangg!

"K-ken," lirihku pelan takut-takut. Ken mendongak terbangun dari tidurnya akibat suara pecahan yang aku buat. Ia melihat kelantai dimana pecahan gelas tersebut berserakan.

Ia tanpa bicara langsung berjongkok memunguti pecahan tersebut. Aku menunduk takut, merasa bersalah. Ia lantas membuang pecahan gelas itu ketempat sampah. Dan kembali duduk disamping brankar, menatapku.

Aku semakin menunduk takut. Memilin selimut yang membukus tubuhku.

"M-maaf, Ken." Ujarku masih dengan menunduk.

"Lo, mau minum?" tanya nya. Aku mengangguk pelan sebagai jawabannya. Ia kembali berdiri dari duduknya menyiapkan minum untukku.

Ken mendekatkan gelasnya kearah bibirku, saat aku hendak mengambilnya. Gelas tersebut malah ia jauhkan kembali membuatku menatapnya. Ia menggelengkan kepala.

"Minum." Ucapnya kembali mendekatkan gelas ke bibirku. Aku meminum dengan pelan sembari menatapnya sekali-kali.

"Terimakasih" tuturku pelan. Ia mengangguk sebagai jawabannya. Lantas Ken membantu membaringkanku dibrankar setelah ia menaruh gelas tersebut di nakas.

Terjadi keheningan beberapa saat. Terasa canggung dan juga jantungku yang terus berdetak lebih cepat entah karena apa.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan keheningan diantara kami. Ken menatapku sejenak lantas berdiri dan membuka pintu menampilkan bang Celo dan juga istrinya-kak Pita.

Ken kembali menutupi pintu setelah bang Celo dan istrinya masuk dan berjalan kearahku. Bang Celo menatapku dengan tatapan datar yang membuatku semakin menundukan kepala.

"Ck, menyusahkan." Gumamnya pelan, namun sangat terdengar jelas dikeheningan.

Mataku memanas mendengar gumaman bang Celo. Namun, sebisa mungkin aku terlihat biasa saja. Sedangkan istrinya bang Celo menyimpan buah tangannya di nakas.

Aku menatap Ken yang juga sedang menatapku. Ia duduk di sofa yang tersedia diruangan VVIP Ini. Ia tersenyum kearahku membuatku ikut tersenyum.

Ruangan terasa sangat berbeda disaat kedatangan Bang Celo. Aku tak berani mentapnya yang sedari tadi berdiri sembari melipat tangan di dadanya.

"Maura, kamu nggak apa-apa kan?" Ujar kak Pita memecahkan keheningan. Aku menggelengkan kepala tersenyum tipis.

"Nggak apa-apa, kak."

MAURA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang