Tujuh

57 63 88
                                    

Haii..
Apa kabar?

Happy Reading

Tandai jika ada, typo!

•••

MAURA POV

Tiga hari lalu, semenjak kejadian yang mengerikan itu terjadi dalam hidupku. Aku masih termenung, selalu menatap kosong kedepan. Seperti orang yang tak ada tujuan.

Aku selalu mengurung diri dikamar. Kejadian itupun membuat geger satu kampung. Membuatku dirundung rasa malu dan juga tertekan. Tidak ingin keluar rumah, enggan menampakan diri dihadapan orang-orang.

"Maura, nak. Buka pintunya, diluar ada Tiara sama Niva." Panggil ibuku Mengetuk-ngetuk pintu kamarku.

Tok tok tok

Kembali terdengar ketukan pintu. Aku menghela nafas pelan. Beranjak mendekati pintu, perlahan membuka pintu yang aku kunci dari dalam.

"Ada apa, bu? Maura males keluar," ujarku.

"Gak boleh gitu, Maura. Tuh, Tiara sama Niva udah nungguin, sana samperin." Ucap ibu membuatku kembali menghela nafas lantas mengangguk.

Aku berjalan kemana Tiara dan Niva berada, disusul ibuku yang berjalan keluar rumah. Kulihat Tiara dan Niva sedang duduk di sofa, menungguku.

"Maura! " Seru keduanya saat melihatku berada didepannya. Mereka lantas berdiri dan memelukku. Membuatku sedikit terhuyung kebelakang. Aku tersenyum tipis dibalik pelukan mereka.

"Maura--hikss, maafin kami. Kami nggak tau kalo kamu bakal kena musibah--hikss! " seru Tiara menangis merasa bersalah.

"I-iya, kalo tau bakal kayak gitu. Mungkin kami gak bakal biarin kamu sendirian--hikss," timpal Niva dengan raut wajah yang dilinangi air mata.

"Bukan salah kalian, aku nggak apa-apa kok. Gausah lebay, deh. " Ujarku terkekeh geli, melihat kedua sahabatku ini memelukku dengan erat.

"Udah ah lepas, gerah tau! " lanjutku melepaskan pelukan mereka. Mereka lantas mencebikan bibir. Membuatku kembali terkekeh. Setidaknya, kehadiran mereka membuatku lupa akan kesedihan, meskipun itu hanya sementara.

"Eh, bener gak sih, Ra. Kalo yang nolongin kamu tuh, Ken? " ujar Niva memulai. Nggak lama lagi pasti ghibah.

"Hmm"

"Ihh yang bener? Mau juga dong ditolongin, Ken. " Ujar Tiara dramastis. Aku bergidik ngeri.

"Kamu mau kayak aku juga, Tia? " tanyaku tak percaya.

"Ish! Ngomongnya, enggalah." Jawab Tiara membuatku menatapnya datar.

"Ngeri banget omongan kamu. Kan kita jadinya traveling, yakan, Ra? " Aku mengangguk membenarkan ucapan Niva. Sungguh ada ada aja.

"Bukan gitu, maksud aku. Ah taulah, gak jadi! " Ucap Tiara membuatku dan Niva dongkal.

"Lah, gajelas." Timpalku dan Niva bareng. Kami saling bertatap muka beberapa detik sebelum menghamburkan tawa. Membuat Tiara semakin memajukan bibirnya beberapa senti.

MAURA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang