"Jangan bahas itu!" marah Gala menatap Ilham penuh ancaman. Gala tidak suka jika ada yang membahas soal kemarin waktu ia mabuk berat karena merasa Riri tidak menyayanginya lagi.

"Pulang!"

"Gala." Riri mengusap pelan lengan Gala. Berusaha meredakan emosi cowok galaknya itu.

Riri meletakkan piringnya di atas nakas karena tugasnya menyuapi Gala sudah selesai. Gadis itu beralih mengambil toples kaca yang berisi kue kering buatannya sendiri.

"Gala mau makan kue buatan Riri, gak? Tapi agak gosong soalnya waktu buat Riri tinggal kuliah."

"Hmm," angguk Gala. "Suapin."

"Enak?" tanya Riri memerhatikan Gala yang tengah mengunyah kue yang ia suapi.

"Enak."

"Njir, padahal tadi gue coba kuenya pait bang--" Ilham langsung menutup mulutnya rapat-rapat begitu mendapat pelototan tajam dari Gala.

Untung saja Riri tidak mendengar ucapan Ilham. Jika saja Riri mendengar dan sedih karena ucapan Ilham, Gala tidak akan segan-segan untuk menyeret Ilham keluar lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Bucin bang--"

"Pulang gak lo?!"

Gala sudah hampir berdiri dengan tangan yang siap melempar Ilham menggunakan buah-buahan. Sebelum akhirnya Ilham benar-benar keluar meninggalkan ruangan sambil berlari ketakutan.

"Kaburrrr!!!"

"Gala gak bol--"

"Belain aja terus! Belain!" potong Gala. Gala turun dari atas ranjang. Kemudian berjalan ke arah kamar mandi.

"Sabar, Ri. Namanya juga bayi. Pasti rewel," kekeh Akbar santai seiring dengan suara pintu kamar mandi yang sengaja Gala banting keras-keras.

Tak lama setelah kepergian Ilham, Akbar dan Alan yang hanya menyisakan Riri sendiri, Riri menghela napas kasar karena merasa bosan. Entah apa saja yang Gala lakukan di dalam kamar mandi hingga tidak kunjung keluar.

Riri ingin mengetuk pintu kamar mandi lalu bertanya langsung pada Gala, namun niatnya itu ia urungkan karena takut cowoknya yang galaknya setengah mati itu akan ngomel-ngomel tidak jelas lalu memarahinya habis-habisan. Riri tidak mau itu terjadi. Akhirnya Riri lebih memilih diam. Menunggu saja.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka. Menampakkan Gala yang muncul dengan wajah dan rambut setengah basah. Sepertinya Gala baru saja mencuci muka dan membasahi rambutnya.

"Kok Gala lama banget? Ngapain aja?"

Gala naik ke atas ranjang. "Kok lo gak nyariin gue? Seneng gak ada gue?"

Riri mendengus kasar. "Gala jangan marah-marah terus dong. Kasihan temen-temen Gala. Masa Ilham, Akbar sama Alan, diusir kaya tadi? Padahal mereka ke sini niatnya baik. Mau jenguk Gala."

"Gak usah belain mereka."

"Gak belain tapi--"

"Diem gak lo?!"

"Marah-marah mulu nanti jodohnya nenek-nenek penyot tau rasa," dumel Riri kesal.

Merasa ucapan Riri tidak terlalu penting untuk ditanggapi, Gala mengalihkannya ke topik lain. "Lo gak nanya kenapa gue cuci muka?"

Mata Riri mengerjap beberapa kali. Ia baru menyadari jika Gala melakukan kesalahan. "Ish! Gala gak boleh cuci muka dulu! Itu luka di pipi Gala belum kering. Harusnya diusap-usap pake handuk basah atau tisu basah kayak tadi pagi aja!"

BUCINABLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang