Butuh beberapa detik sebelum akhirnya Gala menjawab. "Gue mau ngilangin bekas tangan Amora di kepala sama pipi gue. Tadi dia sempet nyentuh-nyentuh luka gue waktu lo tinggal ke kamar mandi."

Riri tertegun mendengar pengakuan Gala. Kali ini untuk dua hal. Pertama karena Gala berani jujur soal Amora yang sempat memegang Gala sewaktu ia tinggal ke kamar mandi. Padahal jika Gala tidak cerita, Riri juga tidak akan tahu. Kedua, karena Gala mempunyai inisiatif untuk menghilangkan bekas sentuhan Amora di wajah dan kepalanya meski cowok itu harus mengorbankan lukanya yang belum kering.

Gala menarik pinggang Riri agar mendekat ke arahnya. Lalu memeluk erat gadis yang masih berdiri kaku di samping ranjangnya itu. Entahlah, mood Gala memang bisa berubah dengan cepat. Sedikit-sedikit marah, lalu tiba-tiba manja.

"Gue takut," bisik Gala menyembunyikan kepalanya di perut Riri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue takut," bisik Gala menyembunyikan kepalanya di perut Riri.

Tangan Riri mengusap kepala Gala setelah membuyarkan lamunannya. "Takut kenapa?"

"Takut lo salah paham dan marah sama gue kalo tau soal itu dari Amora."

"Tapi Amora cuma nyentuh pipi sama kepala Gala doang, kan?"

Gala mengangguk pelan. "Iya, cuma beberapa detik aja. Sebelum gue marah ke dia, lo udah keluar kamar mandi duluan. Makanya tadi keadaannya agak awkward waktu lo keluar dari kamar mandi."

"Lagian mana sudi gue disentuh-sentuh cewek lain." Gala meraih tangan Riri lalu mengecup jemarinya berkali-kali. "Cuma lo yang boleh sentuh-sentuh gue."

Riri menghela napas lega. Sekarang kecurigaannya sudah terjawab. Ternyata begitu kronologisnya. Tadi Riri sudah sempat berpikir yang tidak-tidak.

"Cil?"

"Hmm?"

"Gue kelihatan caper banget ya karena suka ngamuk gak jelas?"

"Hah?"

Gala semakin mengeratkan pelukannya. "Sorry, gue emang kesepian dan kurang perhatian makanya sering caper ke lo."

Riri menunduk, menatap Gala speechless. Tunggu-tunggu, ini benar-benar Gala? Gala cowok dengan gengsi setinggi langit itu?

*****

Seminggu setelah Gala keluar dari rumah sakit, semua berjalan normal seperti biasanya. Siang ini Riri izin ke Gala untuk melakukan kerja kelompok seperti minggu lalu di rumah salah satu teman kelasnya.

Awalnya Gala ingin mengantarkan Riri ke rumah temannya itu untuk memastikan Riri aman sekaligus memastikan jika Riri tidak berbohong mengenai apapun. Mereka sempat berdebat di telfon sampai akhirnya kali ini Gala yang mengalah dan membiarkan Riri berangkat bersama Nenda dan teman-temannya yang lain.

"Ri, mending lo bilang ke Gala kalo kerja kelompoknya ganti tempat."

"Gak usah. Gala juga gak bakal tau. Lagian Gala udah ngizinin, kan? Kalo Gala tau kita kerja kelompoknya pindah ke rumah Rafa, nanti Gala malah nyusul ke sini terus marah-marah." Riri menatap ke arah teman-temannya. "Riri gak enak sama mereka."

BUCINABLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang