1. Meminjam Jaket

11.1K 280 2
                                    

"Yeay, hari ini mau jalan-jalan," girang seorang gadis kecil berumur lima tahun. Ia melompat senang diatas kursi mobil.

Dua pria paruh baya dan dua wanita paruh baya mengukir senyum mereka.

"Laira sayang, jangan seperti itu Nak," tutur Sang Ibu dengan lembut, Briella.

"Kenapa, Bunda?" tanya Laira dengan wajah polos.

"Bahaya, sayang. Sini duduk sama Bunda," titah Briella.

Laira duduk dikursi belakang bersama Kakek dan Neneknya, namun anak itu tak bisa anteng sedikit pun.

Laira mengangguk patuh, ia segera duduk diatas pangkuan Briella.

Briella merapikan hijab putrinya yang sedikit berantakan karena Laira sangat aktif sedari tadi.

"Laira sayang, apa kamu keberatan Bunda menyuruhmu memakai hijab?" tanya Briella dengan nada yang teramat lembut.

Laira menggelengkan kepala. "Tidak, Bunda."

"Anak pintar," puji Ayahnya, Kakeknya dan juga Neneknya.

"Harus, Lai harus bisa jadi anak pintar supaya bisa ngebanggain Ayah dan Bunda."

"Hari ini usia-mu tepat lima tahun, umur kamu sudah bertambah. Bunda harap suatu saat nanti Laira bisa jadi anak yang sabar, tabah, dan ikhlas dalam menghadapi ujian."

"Kenapa? Kan Lai masih punya penyemangat, Lai masih punya Ayah, Bunda, Kakek dan Nenek."

"Laira Sayang, tidak selamanya kamu bergantung pada orang lain. Bukan karena Ayah pelit, bukan karena Ayah tak mau, bukan karena Ayah nggak peduli. Tapi berusahalah berdiri sendiri dan tunjukan pada dunia kalo putri Ayah hebat," tutur Ayah Laira, Ibrahim.

Davin mengangguk setuju mendengar penuturan putranya. "Kalau kamu ingin menjadi kuat, pelajari cara bertarung sendirian."

"Tapi Lai nggak bisa."

Sang Nenek tersenyum simpul. "Kamu nggak akan pernah mencapai apa pun kalau kamu nggak percaya bahwa kamu bisa melakukannya," nasihat Sang Nenek, Kintan.

"Makasih, Ayah, Bunda, Kakek, Nenek."

"Ayah, apa kita masih lama?" tanya Laira tak sabar.

"Masih lumayan lama, sayang. Lai tidur dulu aja," balas Ibra dengan masih fokus menyetir.

Laira memeluk tubuh Briella. "Bunda yang terbaik."

"Ayah bukan yang terbaik?" tanya Ibra.

Laira berpikir sejenak. "Ayah juga yang terbaik," jawabnya membuat keempat orang yang berada didalam bus tertawa.

Tiba-tiba dari luar mobil terdengar suara benturan keras. Mobil yang sedari tadi melaju dengan kecepatan sedang, oleng seketika. Membuat semua orang di dalam mobil panik. Briella mendekap tubuh mungil Laira dengan sangat erat, berusaha untuk menjaga putri kecilnya. Hati mereka terus melantunkan shalawat dan ayat kursi.

Sang PenaklukWhere stories live. Discover now