Janji akan selamanya

5.1K 922 236
                                    

Komen yang banyak ye ges🍉🍉

Seharian ini Axel benar-benar menghabiskan waktu bersama Jevandra. Setelah mengunjungi makam Laura, Axel mengantar Jevandra pulang dan masih bertahan di sana lantaran Jevandra belum mengijinkan Axel pulang karena Jevandra belum mau pisah dengan Axel. Rasa takut dan trauma nya akan kehilangan Axel masih menghantui hatinya. Jevandra benar-benar takut jika ia membiarkan Axel pulang maka ia tidak akan pernah melihat Axel lagi. Ya, begitulah besarnya rasa takut dan trauma Jevandra.

Axel duduk di kamar Jevandra sambil memperhatikan seluruh sudut kamar Jevandra yang tampak asing dari sebelumnya. Axel belum menyadari apa yang berubah dari kamar Jevandra karena ia terlalu fokus pada Jevandra sejak tadi. Namun setelah beberapa menit menelisik, akhirnya Axel menyadari sesuatu. Ada gitar yang Axel kenal. Ya, gitarnya.

Axel mengambilnya, dan kini barulah dia menyadari bahwa kamar Jevandra sangat mirip dengan kamarnya yang di penuhi oleh sesuatu yang bersangkutan dengan musik. Beberapa buku yang Axel cek ternyata sebuah catatan lagu. Axel mengambil buku tersebut dan membaca lirik lirik lagu tersebut dengan seksama.

Beberapa menit kemudian Jevandra masuk kamar dengan membawa minum dan cemilan. Ia meletakkan nya di meja kemudian melihat Axel sedang membaca buku catatannya.

"Ngapain?" tanya Jevandra.

Axel langsung menoleh. "Kamu membuat lagu?" tanya Axel sambil mengedarkan pandangannya pada seluruh kamar Jevandra.

"Kamar kamu juga sedikit beda dari sebelumnya. Jadi kayak..."

"Kamar lo?" potong Jevandra.

Axel menaikkan alisnya bingung.

"Ini juga gara-gara lo tau nggak," ujar Jevandra. "Gue udah nggak ngebasket lagi, malah pindah ke musik kayak lo," tutur Jevandra sambil menghela napasnya. Ia harus menahan diri agar tidak menangis lagi saat menceritakan bagaimana kondisi dirinya selama ini ketika ditinggal Axel. Jevandra yang frustasi akhirnya memilih mengikuti jejak Axel hanya untuk bisa dekat dengan bayang bayang Axel. Beruntung Jevandra tidak jadi gila, hanya perubahan hidupnya yang drastis gara-gara Axel.

"Jevan..." Axel menghampiri Jevandra yang terduduk lesu di ranjangnya. Axel benar-benar tidak tahu kalau Jevandra berubah seperti ini.

"Lo gak tau gimana keadaan gue selama lo pergi, kan. Gue hampir gila gara gara lo hilang bagai ditelan bumi, memaksa gue terima ditinggalin tanpa salam perpisahan. Cuma selembar surat yang lo tinggalin dan setelahnya lo lenyap, itu bikin gue ngerasa kehilangan lo secara mendadak," ujar Jevandra menjelaskan situasinya saat itu.

"Gue gak tau gimana keadaan lo di sana, lo nggak ngabarin gue, bikin gue beranggapan kalo lo udah mati. Gue hancur, tapi bodohnya gue masih nungguin lo balik yang waktu itu gak ada kepastian. Gue kangen sama lo sampe gak tau lagi gimana cara ngobatin kangen gue sedangkan lo gak ada. Akhirnya gue ngelampiasin semuanya dengan ini semua. Gue ikutin semua apa yang lo lakuin, apa yang lo suka, sampe gue rela ninggalin basket cuma gara-gara lo," Jevandra menjeda kalimatnya yang kembali membuat dadanya sesak.

Pada akhirnya Jevandra lagi lagi menangis. Ia kalah, dan hatinya masih rapuh jika mengingat waktu itu.

"Makanya gue jadi kayak gini, Cel.. Lo jangan tinggalin gue lagi atau gue bakal lebih gila dari ini," ujar Jevandra.

Axel langsung memeluk Jevandra, menenangkan Jevandra yang lagi lagi harus hancur karena mengingat penderitaannya dulu. Axel tidak menyangka kalau Jevandra sampai menjadi seperti sekarang karena dirinya, sampai Jevandra menjadi bukan diri jevandra sendiri. Jevandra juga hidup bersama bayang bayangnya yang menyiksa. Kini Axel merasa sangat menyesal.

"Maafin saya. Saya nggak tau kalau kamu se menderita ini, Jevan, maafin saya.." ujar Axel penuh sesal sambil memeluk Jevandra erat.

"Saya janji gak akan ninggalin kamu lagi, gak akan, walaupun sebentar Jevan. Saya nggak akan buat kamu sedih lagi. Saya sayang banget sama kamu, tapi saya menyakiti kamu. Saya bener bener laki-laki bodoh," tutur Axel meminta maaf sekaligus menyalahkan dirinya sendiri atas semuanya tanpa melihat dari sudut dirinya sendiri yang juga tidak bermaksud meninggalkan Jevandra secara mendadak, sebab dulu situasinya sangat genting sehingga Axel harus pergi tanpa pamit. Namun melihat keadaan Jevandra yang seperti ini Axel justru merasa dirinyalah yang salah dan jahat karena sudah meninggalkan Jevandra hingga Jevandra menjadi seperti ini. Axel menyesal, sungguh

Leader vs Kapten [MarkNo] ☑️Where stories live. Discover now