Cidera

11.7K 1.6K 209
                                    



Setelah insiden kecelakaan di lapangan basket tadi Jevandra langsung dibawa ke rumah sakit dan telah ditangani oleh dokter. Dokter bilang Jevandra mengalami patah tulang pergelangan kaki yang cukup fatal sehingga Jevandra dinyatakan cidera serius di bagian kakinya. Butuh waktu cukup lama untuk proses penyembuhan kakinya dan itu merupakan masalah besar bagi Jevandra sendiri juga bagi tim basket nya yang akan menghadapi pertandingan sebentar lagi.

Jevandra masih terduduk sambil bersandar pada kepala bangsal menatap kaki kanannya yang terbalut perban dan gibs. Perasaannya benar benar hancur melihat salah satun anggota tubuh yang dia banggakan yang dia gunakan untuk menggeluti hobinya di bidang olahraga. Dan sekarang kakinya terluka karena kelalaiannya saat latihan juga karena pikirannya yang kacau sehingga ia tidak bisa fokus dan hati hati. Jevandra marah, sedih, dan juga berbagai perasaan kacau yang dia rasakan. Ia mulai berpikir bahwa penyebab semuanya adalah Axel. Jevandra kehilangan Lia gara gara Axel, yang kemudian membuat Jevandra menjadi kepikiran dan berakhir seperti sekarang. Itu artinya juga salah Axel, kan. Jevandra mengepalkan tangannya kesal.

Sibuk bergelut dengan perasaannya dan pikirannya, tiba-tiba segerombolan teman temannya berikut sang pelatih datang memasuki ruangan rawat nya. Mereka memandang Jevandra dengan iba dan khawatir, terlebih melihat kondisi kaki Jevandra yang terbalut perban.

"Gimana keadaan kaki lo?" tanya Haikal begitu tiba di sisi ranjang Jevandra kemudian melihat Jevandra yang memasang ekspresi keras. Masih belum luluh juga, pikir Haikal.

"Yang lo liat gimana? Apa kaki gue keliatan baik baik aja?" jawab Jevandra sinis.

Mereka semua menghela napasnya,berusaha maklum dengan respon Jevandra yang dingin. Mereka mengerti, pasti berat bagi Jevandra menerima kenyataan bahwa kakinya cidera yang akan membuat remaja pecinta basket itu harus hiatus cukup lama dari hobinya.

"Harusnya lo nggak usah maksa kalo emang lagi nggak fokus. Jadi fatal gini kan jadinya," ujar Rendi.

"Sabar, Jev. Pikiran dan perasaan yang lo rasain emang cuma lo yang ngerti, sih. Tapi ya bener, seharusnya lo nggak memaksakan diri, karna yang rugi bukan cuma lo sendiri tapi tim kira juga." sahut Nando kemudian.

"Saya udah bilang kan, fokus. Jangan mikirin masalah yang sedang kamu hadapi." ujar coach basket nya.

Jevandra melihat sang pelatih dengan tatapan tidak suka akan penuturannya. Namun ia juga tidak ingin kelepasan melawan ucapan coach nya yang seenaknya menghakimi. Jevandra masih diam, tanpa minat menanggapi.

"Sekarang gimana, kita nggak punya pemain cadangan buat gantiin kamu," Jujur sang pelatih mendadak pusing disaat musibah ini menimpa tidak melihat waktu. Kenapa harus Jevandra cidera disaat pertandingan sudah sangat dekat akan dimulai, sedangkan sejak awal terbentuknya tim basket mereka memang hanya membentuk satu tim utuh tanpa ada cadangan. Dan sekarang saat masalah seperti ini terjadi mereka pun bingung.

"Pinjem dari tim sekolah lain?" celetuk Aji tiba-tiba bermaksud memberikan saran.

"Tim mana? Seluruh tim dari sekolah di kota ini udah pernah jadi lawan kita. Mana mungkin mereka mau," jawab sang pelatih.

"Bisa aja kalo dibayar," sahut Chiko kemudian.

"Lo yang bayar, ya, kan lo Sultan," timpal Aji menanggapi ucapan Chiko . Namun Chiko melotot tak terima.

"Enak aja! Sekolah lah yang bayar," balas Chiko sewot.

"Gak bisa ya yang terjun kita aja," cetus Nando malas.

"Mana bisa oon," Haikal menyahut sewot sambil menjitak kepala Nando kesal. Memang Nando ini orangnya paling malas repot.

"Yakali aja bisa, jadi gak usah repot repot cari pengganti Jevandra," kata Nando lagi.

Leader vs Kapten [MarkNo] ☑️Where stories live. Discover now