52. DIA YANG TERBAIK.

Start from the beginning
                                    

Tornado mengangguk paham, menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. "I—iya Mah, Ado ngerti."

Beliung hanya berdecak sesaat, merubah posisi duduknya menjadi berdiri tegap. "Kamu lanjutin dekorasinya. Mama mau cek masakan dulu di dapur," ucap wanita itu kemudian beranjak meninggalkan Tornado di ruang tengah.

Reflek tangan kanan Tornado terangkat seolah memberi hormat kearah Ibunya. "Siap bos!"

Sesudah mengamati kepergian Beliung, Tornado mengalihkan pandangannya kearah handphone yang menampilkan notifikasi chat masuk di atas meja. Dirinya segera menggapai benda pipih canggih tersebut.

Altopan Lioner
-gue udah mau sampai rumah

Tornado Lioner
-oke

"MAH! ALTOP UDAH MAU SAMPAI NIH!" Tornado berteriak kencang, tubuhnya sontak berdiri dari duduk setelah membalas chat dari adiknya.

Beliung terkesiap, lalu ia tampak berlari terbirit-birit menghampiri kembali putra pertamanya. "Apa?! Glova sudah mau datang?! Astaga! Ado cepat kamu hubungi Papa, suruh dia cepat pulang."

"Mama aja lah! Ado mau mandi. Gerah," keluh cowok itu dengan tampang memelas.

"Kamu ini, ya, membangkang terus kerjaannya. Cepat telfon Papa kamu sekarang!" titah Beliung seraya melemparkan tatapan tajam.

Mau tidak mau, Tornado menurut. Ia menempelkan layar handphone pada telinganya setelah menekan icon telfon pada kontak Badai. "Halo Pah! Apa?! Papa mau nikah lagi? Calonnya janda anak tiga? Ho—"

"TORNADO!!!!" Muka Beliung berubah merah marah, memukul anaknya menggunakan spatula yang sempat ia bawa dari dapur tadi.

"EH!! AMPUN MAH! IYA ADO CUMA BERCANDA!!!"

**

"Altop! Lo kemana aja—"

"Happy birthday."

Glova terdiam begitu membuka pintu mobil, ia langsung di sambut oleh beberapa hadiah. "Ini buat gue?"

"Iya. Suka?" Dengan jantung berdebar Altop berani menatap mata Glova yang mulai berkaca-kaca. Pintu mobil kembali tertutup setelah gadis itu masuk, duduk manis di samping Altop sembari mengamati beberapa hadiah.

"Ini serius? Buat gue?" Glova menoleh, kembali menatap wajah Altop.

"Lo tau gue nggak suka kasih hadiah. Selama 2 tahun ini, gue nggak tau selera cewek kayak apa. Semoga lo suk—"

"Suka! Gue suka banget!" Glova mengembangkan senyuman bahagianya, melihat rangkaian bunga indah beserta paper bag lainnya. "Makasih, ya, Altop."

Altop mengangguk, kemudian mulai melajukan mobilnya— Mengelilingi kota Jakarta. Astaga! Dari tadi Glova hanya sibuk melihat kearah hadiah-hadiah yang Altop berikan dari pada membuka topik pembicaraan di antara mereka.

"Kita mau kemana sekarang?" Akhirnya Glova berpaling dari hadiah-hadiah itu, melemparkan tatapannya kearah jalanan. Hujan sudah mulai reda, terasa sekali hawa dingin yang menyelimuti tubuh mereka.

"Ada tempat yang mau lo kunjungi? Sebelum kita dinner di rumah gue." Altop menawarkan. Sebenernya ia tidak mau terburu-buru untuk pulang karena menghabiskan waktu bersama Glova ada rencananya hari ini. "Jangan ke mall, bioskop, atau kafe."

ALTOPWhere stories live. Discover now