13. HUG ME!

200K 15.1K 5.3K
                                    

Hai! Panggil aku Syasya !!

[ SELALU HARGAI PENULIS. BERIKAN VOTE 🌟 & KOMEN 💬 KALIAN. ]

Happy reading !! 🦩

• SILAHKAN FOLLOW AKUN WATTPAD AKU! MULAI BESOK PART AKAN DI PRIVAT SECARA ACAK! •

13. HUG ME!

**

“Sibuk mencari pelarian untuk perasaan yang belum terlupakan is another level of pain.” -Markus Erolio.

**

"Makan!" Kini Altop tampak uring-uringan karena Glova sama sekali tidak ingin mengisi perutnya dari tadi. "Lo kenapa sih?" Cowok itu mulai frustasi terus menyodorkan suapan makanan pada kekasihnya.

Glova hanya terdiam seribu bahasa tanpa berniat untuk membalas perkataan Altop. Dirinya merenung, menundukkan kepala sembari memainkan jari tangannya. "Lo nggak capek?"

Altop mengarahkan pandangannya, menatap Glova tanpa ekspresi. "Capek ngapain?"

"Pacaran sama orang gila." Glova berujar lemah lalu mengangkat kepalanya, ia sudah berani membalas tatapan Altop sekarang. "Gue tau lo capek, Altop. Kalau misalnya orang lain tau tentang penyakit gue, gue yakin lo juga bakal malu punya cewek kayak gue."

"Malu? Lo pikir gue lagi nggak pakai baju jadi harus malu?" Bukannya menanggapi dengan serius, Altop justru melepas tawanya mendengar ucapan Glova barusan.

Glova memaksakan diri menampakan sebuah senyuman, ia berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menguatkan hatinya. Mau bagaimanapun, ia harus siap jika suatu saat laki-laki di depannya ini akan memilih pergi meninggalkannya.

Hati Glova tidak ingin banyak berharap, dia tau semua pemberian dari Altop selama ini hanyalah sebatas belas kasihan.

Mengamati muka lesu Glova, Altop tau apa yang sedang kekasihnya itu pikirkan. "Udah berapa kali gue bilang. Gue nggak akan ninggalin lo. Bahkan gue mikir buat ninggalin lo aja nggak pernah, Glova."

"Memang gunanya gue di hidup lo apaan sih? Hidup gue ini kan cuman beban buat lo, Top." Glova tertawa hambar. "Stop buat nolong hidup gue, Altop. Harusnya lo seneng lihat gue mati, biar beban hidup lo nanti bisa berkurang."

"Kalau lo mati, semua beban hidup gue bukan berkurang. Tapi malah udah nggak ada."

"Nah, bagus! Ya udah, mulai sekarang lo stop nolongin gue, ya. Biarin gue ngelakuin hal yang dari dulu pengen gue lakuin," ujaran Glova terdengar menekan di setiap kata.

"Lo nggak paham maksud omongan gue, Glova." Mendesah singkat, cowok itu melanjutkan ucapannya yang menggantung. "Hidup seseorang di dunia itu nggak ada mudah. Setiap orang yang lahir bakal punya masalah hidup sendiri dan mereka akan mati, setelah masalah mereka di dunia selesai. Dan lo itu, suatu masalah di hidup gue. Kalau lo mati, secara otomatis masalah hidup gue juga udah nggak ada, dan di detik itu nyawa gue nggak ada gunanya."

"Omongan lo muter-muter, nggak jelas!" cibir Glova, kemudian mencebikkan bibirnya sebal.

Sudah merasa muak, tanpa ada basa-basi lagi Altop langsung menggerakkan tangannya membuka paksa mulut Glova, dan memasukan sesuap bubur kedalam mulut gadis itu. "Jangan kebanyakan over thinking. Lo cewek gue, nggak boleh cengeng."

Glova bergeming beberapa saat. Dengan rasa terpaksa ia harus menelan bubur itu meski sulit. "Altop, gue takut."

"Masih pagi kayak gini, lo takut apaan?" Altop mengangkat kedua bahunya, lalu memalingkan pandangan kearah Glova seraya memberi suapan.

ALTOPWhere stories live. Discover now