PROLOG.

700K 30.1K 6.8K
                                    

Hello panggil aku, Syasya aja ya !!

[[ CERITA INI UNTUK SCAVENGER DAN KAMU. ]]

Btw kalian datang dari mana?

Tanggal berapa kalian baca ini?

Kalian team cowok toxic apa bucin?

Team baca ulang atau pembaca baru?

Sebelum baca kasih aku emoji ini dong! (🦋)

Makasih. ☁✨🦋

[ SELALU HARGAI PENULIS. BERIKAN VOTE 🌟 & KOMEN 💬 KALIAN. ]

Happy reading!

00. PROLOG!

**

"Mi, Pi, Kenapa nggak ajak aku mati juga?" - Glova Lovata.

**

Langit malam dengan udara dingin menyelimuti tubuh dua orang yang sedang berdiri di ujung rooftop, sebuah atap lantai tiga dari bangunan rumah mewah di kawasan Ibu Kota.

Kini netra mereka kompak menatap ke bawah. Tangan saling menggenggam, sepasang suami istri itu sudah membulatkan tekatnya untuk mengakhiri hidup.

"Aku nggak sanggup lagi, Pi." Pandangan wanita itu kosong, memandang suaminya. "Asuransi akan cair setelah ini, semua itu akan cukup untuk menghidupi Glova."

"Ayo kita mati." Pria itu melihat ke arah pusat bumi, tak perlu waktu lama lagi ia menarik tangan istrinya untuk terjun bebas dari atas rooftop rumah mereka.

Sedangkan di sisi lain. Seorang gadis tampak berseragam identitas sekolah internasional, berburu menaiki anak tangga rumahnya. Sampainya dia di rooftop, pipi mulusnya sudah banjir air mata, melihat aksi kedua orang tuanya.

"MAMI! PAPI!!"

Glova berlari kencang ingin menyelamatkan orang tuanya. Namun sudah terlambat. Sepasang suami-istri itu sudah berhasil melompat dari lantai tiga rumah mereka.

"AAARRRGGHH!! MAMI!!! PAPI!!!! JANGAN!!!!"

Seketika tubuh Glova lemas, isak tangisnya pecah begitu melihat kondisi kedua orang tuanya baru saja melakukan aksi bunuh diri----Sudah naas berlumuran darah.

**

Hari ini adalah penguburan dua jenazah suami-istri, pemilik dari perusahaan Lovata group. Diduga penyebab bunuh diri orang tua Glova karena kebangkrutan bisnis perusahaan yang berkembang di bidang brand tas ternama ini.

Tubuh Glova sontak melemas menghadap nisan atas nama kedua orang tuanya. "Mi... Pi... Kenapa kalian ngelakuin ini padaku hah! Kenapa?! Kenapa?! Kenapa! Hiks."

Glova memukul-mukul kesal gundukan tanah yang masih basah, tangisnya kembali pecah. "Kenapa? Kenapa harus bunuh diri? Kenapa kalian tega ninggalin Glova, Mi, Pi?!"

Gadis itu memeluk nisan kedua orang tuanya erat. Netra berwarna coklat milik Glova sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air mata hanya tinggal terisak sesak.

Di atas sana, langit sudah gelap gulita. Di pemakaman ini cuma ada Glova yang masih setia menemani gundukan tanah orang tuanya.

"Non Glova! Astaga.... Ayo kita pulang Non. Nanti Non Glova bisa sakit kalau di sini terus!" Wanita berbadan sedikit melebar, serta mengenakan daster batik itu berlari histeris menghampiri Glova.

ALTOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang