PART 2

2.3K 304 67
                                    

INI LANJUTAN CHAPTER KEMARIN YA!

.

"AHAY!!!" teriak Axas dengan girang di gendongan Sigra.

"Diem Axas!" ucap Sigra tegas saat Axas menggeliat di punggungnya.

Kini Sigra tengah menggendong bayi besarnya dan memasuki markas Blood.

"Napa tu bocah?" tanya Varos mendekat ke arah mereka.

"Masuk got." balas Sigra singkat lalu mebantimg tubuh Axas ke ranjang dimana terdapat Kasa yang tengah tertidur nyenyak.

BRUK!

"Bayi gua anjing!" ucap Varos kaget lalu ia menyingkirkan tubuh Axas dari atas tubuh Kasa.

Kasa menggeliat tidak nyaman di atas ranjang dengan erangan lemahnya. Varos menaiki ranjang lalu memeluk Kasa yang akan menangis.

"Kasa kenapa?" tanya Axas dengan polos dan duduk selonjoran di atas ranjang. Ia mengedipkan matanya lucu dengan mulut yang mengunyah permen karet.

"Demam." ucap Varos lalu memainkan ponselnya membiarkan Kasa memeluknya.

"Dih bayi..." ejek Axas tanpa berkaca.

"Ngaca! lo lebih bayi dari Kasa! Kasa manjanya kalo lagi sakit, lah lo? 24 jam manja!" ucap Sigra tanpa beban.

Deg.

Axas terdiam mendengar ucapan Sigra, semanja itukah dirinya? tanpa banyak berkata Axas turun dari ranjang lalu menyambar jaket kulitnya dan berjalan dengan pincang tanpa menghiraukan luka yang berada di pergelangan kakinya.

"Mau kemana lo?" tanya Sigra dengan kotak obat di tangannya.

Axas hanya diam melenggang pergi membuat Sigra dan Varos terdiam sejenak.

"Lo nggak berhak ngomong gitu Gra, jangan pernah sekali-kali lo banding-bandingin atau sama-samain sama Kasa, lo tau semua latar belakang kita." ucap Varos memperingati.

Yeah, untuk inti Blood sendiri. Mereka memiliki lingkungan yang berbeda, di balik semua sikap mereka terdapat alasan tersendiri.

Sigra terdiam menatap pantulan wajahnya di cermin, apa dia keterlaluan?

-AXAS-

Axas menatap air danau dengan pandangan yang kosong. Lucu, jika tidak mau menampung sikapnya kenapa tidak bicara?

Manja, sifat dan sikap itu sulit hilang dari dirinya. Haus akan perhatian membuat dirinya seperti egois. Ia memang kaya dengan kasih sayang ayahnya, namun ia tidak kaya dengan kasih sayang ibu. Ayahnya memang bisa memerankan dua peran tersebut, namun itu tidak bisa.

"Buna, ayo peluk Axas..." gumamnya.

Kekehan hambar keluar dari mulut Axas. Ia mengadah, menatap langit yang mulai menghitam. Ia tersenyum kosong, tubuhnya ia rebahkan di atas rumput yang berada di dekat danau.

Ia memejamkan matanya saat petir mulai menyambar.

Ia membuka matanya dan beranjak meninggalkan danau yang tenang.

-𝗔𝗫𝗔𝗦-Where stories live. Discover now