Sang Antagonis

8.5K 721 4
                                    

"Kita mau kemana Gam?"Amor bingung saat Agam menariknya menuju perpustakaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kita mau kemana Gam?"
Amor bingung saat Agam menariknya menuju perpustakaan. Waktu istirahat sudah berbunyi dan siswa SMA Bina Bangsa pasti sudah memenuhi area kantin. Perpustakaan adalah tempat terakhir yang akan dipilih oleh para mahasiswa.

Agam melepas sepatunya dan meletakkannya di rak yang terdapat diujung pintu. Amor hanya mengikuti di belakangnya.

"Duduk"
Perintah Agam setelah lebih dulu duduk di kursi yang berada di sudut ruangan. Letaknya yang tertutupi oleh rak-rak buku membuat Agam merasa aman berbicara di sini.

"Kamu mau ngomong apa?"
Ucap Amora setelah duduk tepat di depan Agam.

"Kemarin gue ngga sekolah kenapa?"

"Kamu lupa? Kamu udah dua Minggu ngga sekolah karena jatuh dari tangga sekolah".
Amor menatap Agam khawatir. Dia takut Agam melupakannya.

"Gue tadi ketiduran di kelas dan guru di kelas gue keliatan ga peduli sama apa yang udah terjadi sama gue".
Jelas Agam melihat sikap guru tadi yang seolah tidak kasihan dengan yang dialami Agam 2 Minggu yang lalu.

"Agam kenapa sekarang lucu sih".
Amor tersenyum manis.

Agam hanya terdiam mendapat jawaban seperti itu dari Amora. Dia harus menggali informasi mengenai kejadian sebelum hari ini karena dia tidak bisa mengingat hal lain mengenai Agam pada novel ini. Satu hal yang masih membuat Agam penasaran adalah fisik seorang Agam pada novel ini. Dia belum sempat memeriksa apakah hanya namanya saja yang sama atau seluruh tubuhnya sama dengan Agam dalam novel.

"Kamu itu udah sering bikin masalah di sekolah. Bahkan kemarin itu masih lumayan kecil buat kenakalan yang biasa kamu lakuin".
Ucap Amora melanjutkan.

"Maksud Lo?"

"Dulu kamu bahkan pernah ikut tawuran sampai kepala kamu bocor dan harus dijahit. Belum lagi kamu pernah jatuh dari wall climbing di sekolah ini yang buat tangan kamu patah dan ga ke sekolah selama sebulan. Oh iyaa satu lagi yang paling parah itu kamu pernah bawa bus sekolah dan terjadi tabrakan yang membuat 1 orang koma selama 2 bulan".
Jelas Amor panjang lebar dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya.

Agam hanya mampu mengedipkan matanya. Gila. Bahkan Agam tidak mampu berkata kata. Agam di novel ini sungguh berbeda dengan dirinya. Kejahatan yang pernah Agam lakukan dulu hanya menyembunyikan kaos kaki milik Alea. Aah dan merokok tentu saja tidak bisa dia jauhi sejak duduk di bangku SMA.

Drrt Drrt

Getaran ponsel milik Amor mengembalikan kesadaran Agam. Dia menatap Amor yang sedang berbicara dengan seseorang dibalik ponsel.

"Okee kak nanti sore aku kesana, see ya".
Amor mematikan ponselnya dan menatap Agam.

"Nanti sore anter aku pemotretan ya Gam. Hari ini ngga lama kok, mau ya?"

"Boleh"
Jawab Agam membuat Amora tersenyum manis. Agam tidak bisa menampik bahwa pemeran utama perempuan dalam novel di gambarkan secantik Amora. Tinggi badan yang Agam perkirakan sekitar 175 cm dengan bentuk tubuh proporsional itu sangat cantik. Belum lagi wajah kecil dengan senyum paling menawan membuat Agam tidak bisa mengalihkan pandangannya. Rambutnya yang bergelombang tampak alami dengan bulu mata lentik yang menawan saat sang pemilik berkedip. Penulis novel tidak memberikan sedikit saja kekurangan untuk sang pemeran utama.

"Kalo gitu Amor pergi dulu ya Gam. Agam jangan aneh-aneh dulu pokoknya ngga boleh nakal. Tante Arfa udah nitipin Agam ke aku. Bakal aku awasin".
Ucap Amora meninggalkan Agam dengan kedua jari menuju mata seakan mengintai Agam.

Setelah melihat kepergian Amora cowok itu kembali menghela nafas. Bukan tanpa alasan dia mau mengantar Amora. Dia hanya tidak tau kemana arah jalan pulang ke rumahnya nanti. Kan ngga lucu kalo dia tersesat. Ya walaupun Amora juga pasti akan bingung saat dia bertanya dimana alamat rumahnya sendiri.

Agam beranjak dari duduknya dan keluar dari perpustakaan. Saat sedang memakai sepatu pemandangan seorang cowok yang berjalan cepat diikuti cewek yang ntah berbicara apa mengejar cowok itu. Pinky girl, seketika itu yang Agam pikirkan melihat cewek yang sempat tadi ia temui.

"Athena! Please stop follow me".
Ucap cowok yang belum Agam tau namanya.

"Aku ga akan ngikutin kamu kalo kamu nepatin janji kamu. Kemarin kamu bilang kalo aku ngga ngikutin kamu sparing basket, hari ini kamu mau nganterin aku".
Jawab Athena kesal dengan cowok di depannya ini. Kenapa juga dia bisa cinta sama cowok tengil ga ada akhlak kayak Lando.

"Lo bisa naik taksi atau order ojol atau terserah gimana cara Lo biar bisa sampe ke tempat les musik Lo itu. Gue ngga peduli".
Ucap Lando pergi meninggalkan Athena yang terdiam.

Agam akhirnya tau siapa male lead dan antagonis perempuan yang ada di novel ini. Baru saja Agam hendak menghampiri Athena tapi suara lirih gadis itu menghentikan langkah Agam.

"Apa aku harus mati untuk kedua kalinya supaya kamu bisa nerima cinta aku Lando".

🍓🍓🍓🍓

Agam kembali ke kelas yang tadi sempat menjadi saksi awal kedatangan Agam ke novel ini. Di pintu depan terdapat tulisan XII IPA 1 yang menandakan Agam berada di jurusan IPA. Setidaknya dia tidak perlu mengulang pelajaran ataupun berganti menjadi jurusan IPS. Ini sudah lebih dari cukup.

Memasuki ruangan suasana yang tadinya ramai mendadak senyap. Para perempuan yang tadi sibuk bergosip seketika terdiam. Para cowok yang sibuk bermain game tetap memainkan gamenya, mereka hanya tidak lagi bersuara.

Agam ingat tubuh laki-laki ini dulunya memang sosok yang dingin, misterius dan tidak segan-segan melukai orang yang mengganggunya. Tidak heran jika dia tidak punya teman.

"Darimana Lo? Gue cariin di kantin ga ada".
Kecuali cowok yang ada di sampingnya ini. Chiko. Cowok itu mengambil duduk di depan Agam.
Satu satunya teman Agam yang bahkan rela dijadikan kambing hitam setiap Agam mendapat masalah.

"Lo tau sandi hp gue ngga?".
Bukannya menjawab pertanyaan Chiko, Agam malah bertanya mengenai sandi hp milik Agam terdahulu yang dia temukan di kantong celananya.

"Gam jatuh dari tangga buat kepala Lo kebentur ya?".
Chiko memeriksa sekitar kepala Agam bahkan menarik narik rambut Agam.

"Heh gue nanya serius Bambang".
Agam menarik rambut Chiko guna menghentikan kegiatan temannya itu.

"Tega kamu ya Gam melakukan kekerasan sama aku".
Ucap Chiko mendramatisir. Dia menyeka ujung matanya seakan akan menangis.

"Aku sayang sama kamu Chiko. Tapi aku ga nyangka kamu berkhianat dari aku".

Chiko melongo. Syok. Dia sampai terjungkal dari kursi dan jatuh ke lantai. Teman temannya yang melihat kejadian itu menjadi penasaran. Sejak kapan Agam yang dingin jadi pemain sinetron Indosiram.

"Fikss ini Gam Lo kejedot lantai keramat. Gue harus kasih tau Tante Arfa".
Chiko beranjak dari duduknya dan bersiap mengambil ponsel di saku celananya dan menekan nomor Tante Arfa. Agam berusaha menghentikannya.

"Gue tanya sandi hp gue apaan. Kenapa Lo malah mau nelpon Tante Arfa anjir".
Agam tidak tau siapa itu Tante Arfa. Sejak tadi setelah Amora dan sekarang cowok yang Agam pastikan teman satu satunya Agam menyebut nama Tante Arfa.

"Gam tobat. Gue tau Lo emang nakal, berandal, kejam, tengil, howt kata kaum hawa tapi Lo harus tarik kata kata Lo barusan".
Chiko memegang kedua pundak Agam. Berusaha menyadarkan Agam.

"Emang kenapa?"

"OH KAMU SEKARANG BERANI YA SAMA BUNDA AGAM!!"

Matilah Agam. Ternyata sambungan ponsel Chiko tadi sudah terhubung oleh Bunda ratu di ujung sana.

🍓🍓🍓🍓

Part 3 udah di-update

Jangan lupa vote dan komen yaa

Semoga suka

Wake Up, Agam!On viuen les histories. Descobreix ara