***

Hari berganti dengan cepat secepat ngabisin kouta buat nonton youtube dengan kualitas 1080P tanpa wifi. Saat ini Firza masuk ke dalam kelas XII D karena sakarang jadwalnya mengajar di sana.

Ketika masuk ke dalam kelas, semua anak sudah duduk rapi di bangku mereka sambil baca novel.

Firza merasa lega. Anak-anak yang dulunya suka cosplay jadi hewan buas yang belum jinak sekarang jadi mirip kucing nan imut dan lucu pada nurut semua.

Sebuah rasa bangga muncul di hati Firza karena merasa sudah berhasil membesarkan anak yang dibesarkan dengan rasa emosi yang membara namun hasilnya sangat memuaskan jiwa dan raga.

"Selamat siang anak-anak Bapak yang imut nan lucu mirip yang ngajarnya." Firza membuka pertemuan.

Anak-anak secara serentak langsung melihat ke arahnya dengan tampang malas bercampur menahan rasa mual yang tiba-tiba datang menyerang.

Firza duduk dengan manis di singgasana kebagaannya. Meletakan tas di belakang, membuka resleting tas, mengambil kertas yang beberapa hari lalu telah dia baca semua isinya.

Kertas angket.

"Siapapun. Boleh minta tolong ambilkan satu kursi untuk saya?" pinta Firza.

Tak lama Ale maju ke depan membawa satu kursi dari meja belakang yang kosong membawanya ke depan meja Firza.

"Terimakasih," ucap Firza sambil tersenyum.

"Sama-sama," balas Ale lalu kembali ke tempat duduknya.

"Baik. Hari ini kita tidak akan belajar Bahasa, tapi akan diganti sama bimbingan sama saya.

"Ini angket kalian sudah saya baca satu-satu. Sekarang saya ingin kalian ngomong langsung ke saya apa yang ingin dilakukan ke depannya.

Yo, mulai dari absen terdepan. Akira, kamu maju duluan."

Akira bangkit dari tempat duduknya. Dia berjalan ke depan lalu duduk di depan meja Firza di kursi yang tadi di bawa oleh Ale.

Akira dengan percaya diri menjelaskan rencana untuk masa depannya kepada Firza mulai dari akan memotong rambutnya menjadi pendek sampai melanjutkan studi ke Jepang.

Setelah Akira Firza lanjut memanggil satu persatu anak didiknya ke depan, sampai giliran Rin yang maju.

"Gimana Rin? Habis lulus dari sini kamu mau ngapain" pertanyaan itu dilontarkan Firza kepada Rin.

Rin diam sambil cengengesan tak jelas.

Firza sudah menduga ini akan terjadi.

"Mau ngapain Rin? Ayo jawab." desak Firza.

Rin berhenti cenegengesan. Ia terdiam sesaat memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab Firza.

"Teman-teman semua udah punya planning buat ke depannya mau seperti apa. Ada yang mau kerja, lanjut kuliah, atau buka usaha, tapi di sini saya masih gak tahu habis ini mau ke mana sama ngapain. Mirip orang tersesat kan, bedanya tersesatnya di dalam kepala?" Rin tak berani menatap Firza. Pandangannya tertunduk ke bawah cenegengesan yang tadi hilang tergantikan wajah bingung.

"Saya pengen lanjut kuliah kaya yang lain, tapi Bapak tahu sendiri nilai saya pas-pasan banget. Kalau mau lanjut kerja, saya rasa gak ada skil yang bisa saya jual, tapi gak mungkin kan kalau habis ini malah jadi beban keluarga nunggu laki-laki datang minang saya? Yang ada tiap hari dijulidin sama tetangga. Mending habis keluar langsung ada yang ngetaaruf mirip mbak Dinda sama Mas Rey, lah gimana kalau nantinya saya malah jadi perawan tua? Enggak banget." Rin menambahkan tawa sumbang di akhir ucapannya.

Firza sangat mengerti apa yang dialami oleh Rin karena dulu dia pernah mengalami masa-masa itu dan sepertinya perasaan itu normal dirasakan oleh para remaja yang beranjak menuju dewasa.

Merasa kehilangan arah tersesat dalan pikiran dan mendengarkan perdebatan antara isi hati dan kepala amat-amat membuat pusing setengah mampus. Belum lagi julidan orang-orang di sekitar makin memperkeruh keadaan.

Pertanyaan yang harusnya bisa dijawab dengan mudah tentang perencanaan masa depan malah menjadi pertanyaan yang tak memiliki jawaban karena ragu dengan diri sendiri.

Firza menepuk bahu Rin pelan.

"Its oke. Mungkin kamu belum bisa menjawab pertanyaan saya tadi tapi enggak papa.

"Ingat ucapan saya, perasaan tadi wajar kok. Namanya juga tumbuh dewasa. Mulai sekarang kamu bisa coba mulai mikir-mikir habis ini mau ngapain, jangan kejauhan mikir 10 tahun ke depan bakalan jadi apa, tapi mulai dari 1 jam ke depan mau ngapain, mungkin dari itu kamu bakalan mulai tahu hal yang bakalan kamu lakuin di masa depan bakalan kaya gimana.

"Bawa santai aja, tapi jangan santai-santai banget soalnya kita gak punya papi gula kaya Suho yang kalau gak kerja duit bakalan terus ngalir. Semangat girls!"

Rin mengangkat kepalanya. "Terimakasih Pak. Love you."

"Love me too."

Rin menggelengkan kepala pasrah. Kemudian meninggalkan kursi Firza kembali ke bangkunya.

"Selanjutnya." ucap Firza dengan lantang kemudian siswa berikutnya maju ke depan.

***

Jumat 20 Mei 2022
20.08
Have a nice day
See you

Kelas Siluman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang