25. Hujan Malam Ini

Start from the beginning
                                    

Setelah mendengar bunyi tanda pintu terbuka, Galen langsung masuk kedalam.

Sesaat setelah Galen menyalakan lampu ruang tengah, Galen mendapati punggung ayahnya yang sedang duduk sendirian sambil mengamati pemandangan kota Jakarta yang tengah di guyur hujan. Galen pikir, ia sedang berhalusinasi saja karena efek dari alkohol yang di minumnya tadi, tapi ternyata tidak. Galen menyadari itu setelah ia mengucek matanya beberapa kali dan masih saja yang ia dapati disana adalah sosok ayahnya.

Dengan langkah kaki yang lunglai, Galen berjalan menghampiri ayahnya. "Sejak kapan Ayah disini?"

Pertanyaan dengan suara parau itu tidak kunjung terjawab.

"Ada apa Ayah sampai kesini?"

Tidak terdengar suara apapun setelah Galen bertanya untuk kedua kalinya. Hal ini membuat Galen terkekeh pelan, entah apa yang lucu, Galen sendiri juga tidak tahu.

Dengan keterdiaman dari ayahnya itu, Galen tidak jadi menghampirinya. Pria itu berputar arah menuju kamarnya masih dengan langkah kaki yang lunglai.

Belum juga Galen sampai didepan pintu kamar, ia malah lebih dulu mendengar suara derap langkah kaki yang tergolong cepat. Tidak lama setelah itu, tubuh Galen tiba-tiba berputar seratus delapan puluh derajat. Galen pikir, hal itu terjadi karena ia sedang merasa pusing, hal wajar yang dialami oleh seseorang yang sedang mabuk sepertinya. Tapi ternyata salah, karena nyatanya ulah ayahnya-lah yang menarik kuat tubuh Galen sampai membuat mereka saling berhadapan.

Plak!

Suara tamparan itu terdengar sangat keras. Tamparan yang berhasil mendarat mulus di pipi Galen. Galen sampai hampir terjatuh jika saja refleks dari tubuhnya tidak cukup baik. Mata sayu Galen tadi juga jadi terbuka lebar, saking terkejutnya.

"BAJINGAN KAMU GALEN!"

Antara sadar dan tidak sadar, Galen menatap wajah bengis ayahnya. Rahang pria itu juga mengeras dengan gertakan gigi yang bahkan sampai bisa Galen dengar. Selain itu, mata ayahnya juga mengilatkan amarah, tidak kalah dengan petir yang baru saja menyambar.

Belum sempat Galen bertanya kenapa ayahnya seperti ini, tapi ayahnya sudah lebih dulu menarik kerah kemeja Galen.

"AYAH PERNAH BILANG, KAMU MEMANG BOLEH MENGGILA SAAT SEDANG JATUH CINTA, TAPI JANGAN SAMPAI MELAKUKAN HAL YANG PERNAH KAKAK KAMU ALAMI SENDIRI!" ayah Galen berseru keras didepan anaknya itu.

Mendengar kata 'Kakak' sudah membuat Galen tahu kemana arah seruan dari ayahnya yang penuh dengan emosi itu.

"KAMU BOLEH MELAKUKANNYA JIKA LIANA MEMANG MAU, TIDAK DENGAN MEMAKSANYA SEPERTI ITU, GALEN!" lagi-lagi ayahnya berseru marah. "Sekarang apa bedanya kamu dengan bajingan yang sudah membunuh kakakmu itu, huh? Kalian tidak ada bedanya!" dan kali ini ayahnya bersuara dengan nada rendah namun terkesan tajam sambil menghempas kuat tubuh Galen.

"Ayah!" Galen malah ikut berseru. Ia tidak menyukai persamaan yang tadi ayahnya maksud. "AKU GAK SE-BAJINGAN MEREKA! AKU UDAH BERHASIL MENCEGAH HAL BURUK TERJADI PADA LIANA, YAH. AKU GAK JADI MEMPERKOSA LIANA!" kali ini Galen berteriak.

"BODOH!" makian itu terdengar sangat lantang. "Tidak jadi bukan berarti kamu benar-banar tidak berniat melakukannya. Kamu hanya sekedar berhenti ditengah jalan saja, jadi jangan bangga dengan hal itu!"

Tahu kenapa Galen sampai mempunyai gangguan kepribadian seperti ini? Jawabannya karena ayahnya sendiri. Ayahnya yang selama ini mendidik Galen dengan keras, seolah-olah Galen tidak boleh kalah oleh siapapun. Inilah kenapa Galen bisa sangat se-egois itu. Awalnya Galen hanya ingin membanggakan ayahnya saja dengan terus mencoba bersikap keras pada siapapun, dalam keadaan apapun, tapi siapa sangka semua itu malah menjadi sebuah kebiasaan yang sulit Galen kontrol? Tidak ada yang menduga itu, bahkan ayahnya sekalipun.

Ex Boyfriend | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now