[CHAPTER 5] Posisi

Start from the beginning
                                    

    Wildan meneguk ludah susah payah. "Gue pasti datang. Gue janji."

    "Oke, udah sana pergi!" usir Tiara. Ekor matanya tertuju ke Andri yang sejak tadi memperhatikan. "Urusan dia, biar jadi urusan gue."

    Tanpa berkata-kata lagi anak lelaki itu berlari dengan kecepatan penuh. Sementara Tiara berjalan mendekati Andri yang diam saja, sepertinya tidak berniat mengejar buruannya. "Penawaran yang buruk," cibir Andri.

    "Gue gak peduli. Seenggaknya dia nepatin janjinya," balas Tiara tak acuh. Tawaran Wildan memang biasa saja, justru sangat klise.

    "Gue bisa kasih penawaran yang lebih baik," tawar Andri tersenyum miring, seolah memiliki kekuasaan lebih melimpah di bandingkan Wildan, lelaki yang ditolong Tiara.

    "No! No! Kali ini biarin dia lepas. Gue penasaran gimana cara dia keluar sekolah?"

    "Gak ada untungnya buat gue."

    "Gue tahu. Maka dari itu, sebagai gantinya gue udah siapin something buat lo," sahut Tiara. Menatap Andri sembari menyunggingkan senyum misterius.

*****

    Langkah kakinya makin cepat melihat pintu kelas tujuannya. Kelas sosok penolongnya di pagi hari, dimana dia hampir saja kehilangan nyawa oleh orang yang sama dulu. Dan beruntungnya dia menemukan tameng pelindung yang membuat nyawanya terselamatkan, meski untuk waktu singkat.

    Napasnya tersendat. Dia bersusah payah memenuhi permintaan sang gadis. Mulai dari mencari alibi keluar sekolah, hingga berlarian ke kelas sang gadis. Sebab waktunya tidaklah banyak. Rupanya berutang budi pada seseorang lebih terasa di banding berutang materi. Dan sekarang dia merasakannya sendiri.

    Setibanya di sana, matanya menelisik ke sepenjuru kelas. Mengatur napas sejenak. Lalu berjalan tegak layaknya seorang Pangeran. Meletakkan pesanan si gadis di atas meja.

    Tiara segera merampasnya. Matanya berbinar melihat banyaknya cokelat. "Too late. But, thank you, Wildan." Kedua sudut bibir Tiara terangkat.

    "My pleasure, Tuan Putri Tiara."

    "Apa lagi?" Tiara bertanya melirik si lelaki yang masih betah di tempatnya. Dia mengikuti arah pandang si pengantar cokelat. "Jangan macam-macam sama teman gue, kalau lo masih pengen hidup!" Tiara menyelak galak.

    Mendengarnya Ayana mengangkat pandangan. Sadar bahwa dialah lelaki yang bicara bersama Andri pagi ini.

    Wildan terkekeh kecil. "Tenang Tuan Putri Tiara, Hamba akan selalu setia padamu. Kalau begitu Hamba pamit undur diri."

    "Ra, lo kenal dia?" tanya Ayana selepas kepergian lelaki bernama Wildan tadi.

    "Kenapa? Dia bukan cowok beruntung itu, kan?" Tiara mengalihkan atensi ke Ayana. "Gue saranin jangan pernah dekat-dekat cowok gila kayak dia! Nanti lo ikut ketularan gilanya," nasihat Tiara. "Anyway, lo mau?"

    Ayana menggeleng, tanda menolak.

    "Cokelatnya masih banyak, kok. Kali ini gue punya gudang cokelat sendiri," kekeh Tiara tersenyum senang. Dia bagaikan anak kecil yang mendapat banyak hadiah saat ini. "Yakin nggak mau?"

    "Nggak, Ra. Buat lo aja semuanya." Senyum Tiara menular pada Ayana, turut bahagia. "Lagian dia relain uang dan waktunya buat lo, Tiara," tambahnya lirih.

    "Huh? Lo bilang apa, Ay?"

    "Nggak, gue nggak bilang apa-apa. Perasaan lo aja, kali." Ayana memperhatikan Tiara yang senyum-senyum sendiri melihat banyaknya cokelat, makanan manis favorite-nya.

FLASHBACK [COMPLETED]Where stories live. Discover now