Bukan, Gala tidak bermaksud meragukan perasaan Riri. Hanya saja, sebenarnya Gala ingin Riri lah yang menyingkirkan Amora. Sebagai bukti jika gadis itu benar-benar mempunyai perasaan cinta yang sama dengan Gala. Ya, seperti saat Gala menyingkirkan cowok-cowok yang berusaha mendekati Riri.

Gala khawatir jika selama ini hanya dirinya yang terlalu berlebihan dalam mempertahankan hubungan mereka, sementara Riri tidak. Gala takut Riri tidak mencintainya. Gala takut Riri pergi. Gala takut ditinggal oleh Riri. Gala takut sendirian. Gala selalu mengkhawatirkan hal itu sepanjang malam. Terkadang hingga membuat kepalanya berdenyut nyeri.

"Kangen." Senyum Gala mengembang cukup lebar melihat foto cantik Riri yang ia jadikan wallpaper di ponsel. "Tapi kalo gue chat atau telfon, ntar gue makin kangen dan gak tahan buat ketemu."

Menghela napas, cowok itu memejamkan mata untuk meredam perasaan rindunya pada Riri. Belum ada lima menit Gala menutup mata, tiba-tiba ruang kerjanya terbuka lebar dari arah luar.

"Bang?"

Gala membuka matanya dan menatap ke arah Agam, sang pelaku. "Lo ngapain balik lagi?"

"Hai Kak Gala!" sapa Amora girang yang muncul di belakang Agam.

Gala berdiri. Ia cukup terkejut dengan kehadiran gadis yang membuatnya kesal itu. "Lo ngapain ke sini?!" tanya Gala menunjukkan rasa tidak sukanya secara terang-terangan.

Gala beralih menatap Agam dengan tatapan tajam seolah menuntut jawaban. "Lo ngapain bawa dia mas--"

"Sorry gue gak tau apa-apa, Gal." Agam mengangkat kedua tangannya ke atas. "Gue balik ke sini cuma mau ngambil jam tangan gue."

Agam mengambil jam tangan miliknya yang tergelak di sebelah berkas-berkas Gala.

"Pas gue masuk, nih cewek tiba-tiba ngikutin gue masuk. Katanya dia temen lo," jelas Agam melirik Amora sekilas. "Gue balik dulu. Gue buru-buru mau rapa."

"Ck!" decak Gala melihat Agam yang sudah nyelonong pergi. "Bang lo--argghhh!"

"Nih buat Kak Gala." Amora menyerahkan kantong plastik berlogo indomei ke hadapan Gala. Di dalam kantong plastik itu terdapat dua botol minuman kesukaan Gala. Ichitan brown sugar milk.

Bukannya menerima, Gala justru mendorong kantong plastik itu. Gala masih bersikap baik karena tidak langsung melempar kantong plastik itu ke tempat sampah.

"Lo keluar sendiri atau gue panggil keamanan buat usir lo?" tanya Gala tenang namun terdengar sangat menyakitkan bagi Amora.

Amora memudarkan senyumnya. "Aku cuma mau ngasih ini, Kak. Kalo udah Kak Gala terima, aku bakal pulang. Udah gitu doang kok."

"Gue gak butuh. Cepet pergi!" titah Gala mengusir.

"Kak, ak--"

Gala mengambil kantong plastik itu dari tangan Amora. Tanpa basa-basi Gala berjalan ke arah tempat sampah yang ada di ruang kerja. Gala membuang minuman itu di sana tanpa memikirkan perasaan Amora setelah ini.

"Kak, kenapa di buang?!"

"Bacot. Kalo lo cowok, udah gue hajar dari kemarin-kemarin, Mor." Tatapan Gala semakin menajam. "Lo tau gak? Dengan sikap lo kaya gini, bukannya dapet simpati dari gue, lo malah buat gue jijik."

"Gue bakal bersikap baik ke orang yang menurut gue emang pantes buat gue baikin. Tapi sayang itu bukan lo." Gala memasukkan kedua tangannya ke saku celana pendeknya. Kemudian mengarahkan dagunya ke arah pintu. "Cepet pergi. Gue gak mau cewek gue salah paham."

Amora diam. Gadis itu menatap Gala dengan mata berkaca-kaca. "Aku ke sini cuma mau ngasih Kak Gala minuman kesukaan Kak Gala sebagai permintaan maaf aku kalo semisal aku ada salah. Bukan buat menganggu atau semacamnya. Kenapa Kak Gala jahat banget ngomongnya?"

BUCINABLE [END]Where stories live. Discover now