Hari pun semakin larut. Makanan yang mereka buat tadi pun sudah disiapkan diatas meja, tinggal menunggu oara penghuninya makan dan selesai.

Tapi sayangnya semua rencana itu gagal tatkala mereka kedatangan sepasang suami istri paruh baya yang kini menatap keduanya dengan tatapan tajam.

"Jadi kalian ini belum resmi menikah tapi sudah tinggal satu atap dan tidur satu ranjang?"tanya wanita paruh baya dengan penampilan sosialitanya.

Rheyna yang tidak bisa berbuat banyak hanya bisa menundukan kepala.

"Bukan gitu Tante, Rheyna disini juga bantuin Al sama anak-anak kok. Lagi pula anak-anak dekatnya sama Rheyna sekarang"jawab Alvano memberikan pembelaan.

"Tapi gak harus tinggal satu atap, kan?"tanya wanita bernama Dewi yang disebut tante oleh Alvano.

"Sebentar lagi juga Al bakalan nikahin Rheyna kok. Lagipula kita juga gak ngapa-ngapain, tante"jawab Alvano.

Dewi menghela lalu menatap kearah suaminya yang sejak tadi hanya diam, "pah kamu bicara dong, jangan diam aja!"

"Baik, om sudah melihat surat pengunduran diri kamu ke perusahaan, apa itu benar?"tanya Yudha, suami Dewi.

"Benar om"jawab Alvano dengan yakin.

"Apa alasan kamu ingin meninggalkan perusahaan? Apa karena....gadis ini?"tanya Yudha.

Alvano melirik Rheyna yang masih menjnduk tidak berkutik lalu tertawa remeh.

"Tentu saja jawabannya iya. Al ingin menikah dan punya banyak waktu untuk keluarga Al om"jelas Alvano.

"Tapi gak harus kamu ninggalin semua perusahaan, Al. Semua itu udah dibangun susah payah oleh papa kamu. Kamu cuma nikmati hasilnya aja dengan jadi kepala derektur disana. Toh kalau wanita kamu ini memang wanita yang berpendidikan pasti dia tau apa yang kamu perlukan"ucap Dewi sembari menatap sarkas kearah Rheyna.

"Apa hubungannya sih, tan?"tanya Alvano kesal.

Yudha menghela napasnya, "jadi, kamu akan tetap meninggalkan perusahaan?"

"Ya, dan kemungkinan Al akan mulai semuanya dari awal"jawab Alvano sontak membuat Dewi tertawa.

"Hei anak kecil! Kamu kira mudah memulai semuanya dari awal?"ucap Dewi.

"Itu dia. Al dari kecil udah nikmatin banget fasilitas yang almarhum papa kasih, jadi sekarang Al mau usaha sendiri, berjuang sendiri dan mulai semuanya dari awal"jawab Alvano sontak membungkam perkataan Dewi.

"Lalu, bagaimana dengan pekerjaan dosen mu?"tanya Yudha.

"Gak ada masalah dengan itu. Dari awal kan kalian yang memaksa dan menghasut mama supaya Al bisa melanjutkan profesi papa disana"jawab Alvano.

"Dan kamu akan menikahi wanita ini tanpa profesi dan pekerjaan yang jelas?"tanya Yudha.

"Om tenang aja. Al masih punya banyak tabungan untuk hidup 5 tahun sampai 10 tahun kedepan. Oh, bahkan biaya sekolah anak-anak dan keperluan shoping juga udah ada"jawab Alvano.

Yudha menghela mendengar itu lalu saling bertukar pandang dengan Dewi.

"Ya sudahlah jika itu keputusan kamu. Mulai hari ini tante akan tinggal dirumah ini sampai mama kamu dinyatakan bisa dirawat dirumah"ucap Dewi.

"Apa?!"

Sontak Rheyna dan Alvano terkejut bukan main setelah mendengar kalimat itu.

Dan benar saja. Usai memberitahu Alvano tentang rencananya untuk tinggal sementara waktu disana, Dewi bergegas mengeluarkan koper dari dalam bagasi mobil. Sedangkan Yudha akan pulang seorang diri.

Dewi adalah kakak dari Rina. Mereka diketahui tidak pernah akur sejak masih kecil. Dewi selalu iri pada Rina si anak bungsu yang sangat dimanja oleh keluarganya.

Tujuan Dewi dari dulu sampai sekarang adalah untuk menghancurkan Rina dan mengambil seluruh hak waris dari orang tua mereka. Dewi juga memiliki 2 orang kakak laki-laki yang kini sudah menetap dilain kota.

Yudha, suami dari Dewi merupakan seorang dewan komisaris yang secara langsung ditunjuk dan dipercayai oleh almarhum papa Alvano.

-

Alvano, Rheyna, Aileen dan Enzy berkumpul didalam kamar. Mereka saling bertukar pandang dengan kedua tangan masing-masing terlipat didepan dada dengan postur berdiri diatas karpet.

"Kita mau apa disini?"tanya Enzy.

Mendengar itu Alvano berdeham setelah sebelumnya fokus menatap wajah cantik Rheyna.

"Sini sini"ucap Rheyna sambil menarik lengan Aileen dan Enzy untuk mendekat kearah dirinya dan Alvano.

"Eyang uti tinggal disini sekarang, kalian setuju gak?"tanya Alvano.

"Ih mas. Kok gitu sih tanya nya"ucap Rheyna.

"Ya terus gimana dong?"tanya Alvano oada Rheyna.

"Yang bagus-bagus aja pertanyaannya"jawab Rheyna.

"Itu udah paling bagus, sayang. Kan kita lagi dis---"

"Ssssttt"

"Gini anak-anak mama dan papa yang pintar. Mulai malam ini eyang uti akan tinggal sementara disini buat jagain eyang oma dirumah sakit, Ai sama Enzy yang bagus sama eyang uti ya. Biar eyang uti nyaman disini"ucap Rheyna yang diangguki oleh Aileen dan Enzy.

"Bagus, memang Ai sama Enzy tuh yang paling cerdas deh"lanjut Rheyna sambil mengusap puncak kepala mereka berdua.

Setelah itu diskusi yang mereka adakan dibubarkan dengan Aileen dan Enzy yang kembali masuk kedalam kamar.

Kedua bocah itu memang tidak begitu paham dengan ucapan Rheyna dan Alvano. Tapi mereka cukup mengerti dengan bagaimana mereka harus bersikap pada orang yang lebih dewasa.

Didalam kamar Aileen sibuk bermain dengan dua boneka kelincinya, sedangkan Enzy sibuk mengarang gambar dipapan tulisan kecil miliknya.

"Ssstt sssttt"

Mendengar itu mereka sontak menatap kearah pintu dan melihat keberadaan Alvano dengan menimbulkan kepalanya dari sela pintu.

"Papa tunggu kalian diruang kerja papa ya"ucap Alvano dengan suara pelan, sampai-sampai hanya Enzy yang mendengarnya dan mengangguk.

Melihat salah satu anaknya sudah memberi respon, Alvano pun kembali keluar dan menutup pintu secara perlahan.

Duda LoversWhere stories live. Discover now