Rafa berdecak kesal, menghempaskan rangkulan tangan Eldrian dari bahunya. "Nggak gitu– Cuman... Aaarrrggghhh!"

"Memang kenapa sama Ghea? Menurut gue dia cewek yang baik," ujar Raven setelah menghembuskan asap rokoknya.

"Maksud gue, bukan Ghea-nya. Gue juga tau, kalau Ghea itu cewek baik-baik. Aaaarrrggghhh! Bangsat! Jangan pikir gue nggak tau isi otak lo, ya, Mark!" pekik Rafa seraya menunjuk garang kearah muka Markus.

"Apaan sih lo, Raf?" Markus tertawa kecil seolah mengetahui isi otak Rafa.

"Lo berdua kenapa dah? Nggak jelas amat," sewot Eldrian tidak mengerti situasi yang terjadi diantara mereka.

Rafa menyipitkan kedua matanya sengit. "Lo pada udah kenal Markus lama. Apa lo lupa? Markus bisa pacaran tanpa perasaan?"

"Ghea itu cewek polos, Mark. Dia nggak cocok lo jadiin mainan atau sekedar bahan pelampiasan dari Glova," lanjut Rafa serius.

Markus melengos dengan malas. "Itu urusan gue, Raf. Lo nggak perlu ikut campur."

"Terserah lo," saut Rafa mengalah dari pada nantinya akan memancing keributan diantara mereka. "Gue cuma ngasih tau yang baik buat lo karena itu tugas gue sebagai temen."

Eldrian hanya geleng-geleng kepala tidak habis pikir. "Ya elah! Udahlah. Palingan nanti Markus yang jatuh cinta sama Ghea. Inget kata pepatah, Mark. Dunia itu bulat dan berputar."

"Ck! Cewek modelan Ghea bukan selera gue," kata Markus.

Melepas tawa tanpa arti, Eldrian kemudian meneguk habis satu botol minuman isotonik. "Kita lihat aja ntar, Mark."

Raven mengangkat sebelah alisnya, menatap wajah Markus yang tampak menahan gejolak amarah. "Mending kita taruhan aja gimana?"

Semua pandangan beralih menatap Raven. "Taruhan apaan?" tanya Rafa penasaran.

Seketika Raven merogoh sakunya, mengambil kunci mobil sport mewah miliknya dari dalam sana. "Kalau dalam tiga bulan ke depan Markus deket sama Ghea, dan dia gagal jatuh cinta sama itu cewek. Gue bakal kasih mobil kesayangan gue buat lo, Mark."

"Udah gila!" Eldrian melongo tak percaya, mengerjapkan matanya berkali-kali. "Tapi oke juga tawaran lo, Ven. Ambil aja lah Mark! Lumayan tuh, mobil sport seharga 5 Miliyar dikasih sama Raven gratis."

"Kalian bisa nggak, nggak usah mainin cewek! Pikirin, gimana perasaan Ghea, kalau tau dia jadi bahan taruhan kalian hah?! Nggak ada otak, anjing." Rafa menyentak emosi.

"Lo kenapa, Raf? Santai aja kali. Kayak nggak pernah mainin cewek aja lo," ujar Eldrian terheran melihat sifat Rafa dari tadi.

"Gimana Mark?" tanya Raven.

Markus bergeming beberapa saat. Dirinya menatap kunci mobil tersebut. Sebenarnya ia tidak ingin mobil mewah itu, tapi ntah kenapa hati dan otaknya seolah menyuruh untuk melakukan hal gila ini.

"Deal?" Raven bertanya kembali sembari mengangkat tangannya ingin menjabat tangan Markus.

Markus mengangguk lalu menjabat tangan kanan Raven dengan percaya diri. "Deal."

"Hadeh! Nggak mau ikut-ikutan gue kali ini," ucap Rafa nelangsa.

"Dih?! Lagian siapa yang mau ngajak lo?" celetuk Eldrian kepada Rafa.

"Waktu lo tiga bulan, ya, Mark. Selama itu lo harus deket sama Ghea kayak orang pacaran." Raven berkata dengan nada bicara terdengar seperti menantang.

"Iya bawel! Cuma tiga bulan mah, urusan gampang buat gue." Markus membuang nafasnya gusar.

"Awas nelen ludah sendiri," imbuh Rafa sekalian melemparkan mimik muka sengit kearah Markus.

ALTOPWhere stories live. Discover now