Epilog

43.6K 1.4K 842
                                    























Raja memandang Zara yang terbaring dengan mata tertutup, wajahnya begitu damai.

"Devan ..." Zara bergumam di sela tidurnya.

Raja yang tengah menyelipkan helaian rambut Zara pun berhenti, memasang senyum tipis.

"Lo liat? Istri lo lebih sayang sama si gila itu di banding lo."

"Lo cuma bayangan, nyatanya Zara lebih milih Devan."

"Lo mati pun, dia gabakal peduli, karna di hidup dia cuma si gila itu."

"Harusnya lo sadar anjing! Hahahahha."

"Lo gak penting. jadi, Lo mati aja."

Raja semakin menipiskan bibir, menjauhkan tangannya dari Zara.

Raja menghela nafas. Lelaki itu bangkit, mengecup kening Zara lama.

"Maaf." Raja berujar pelan, tersenyum tipis memandang wajah Zara.

Ia kemudian melirik perut istrinya, mengecup perut tersebut lama kemudian mengusapnya.

"Maafin Ayah." ia tersenyum pedih, bahkan air matanya mulai mengenang di pelupuk mata.

Raja menjauhkan wajahnya, berdiri tegak kemudian melirik jam yang berada di pergelangan tangan. Detik berikutnya, ia melangkah keluar.

####

Zara membuka kelopak matanya, ia mengerjap melirik Kenan yang duduk di samping ranjang.

"Kenan." Zara memanggil dengan suara parau.

Kenan menoleh, tersenyum kemudian menjawab.

"Udah bangun?" Lelaki itu mendekat.

Zara menggeleng. "Devan? Dia.... Dimana?"

Perlahan, senyum Kenan luntur.

"Ke taman yuk?" Ia berdiri.

Zara tampak terdiam.

"Devan mana?" Ia mendongak, menatap Kenan dengan penuh tanda tanya serta rasa cemas.

"Kita ke taman aja ya? Biar kamu lebih rileks." Kenan mengambil kursi roda, menggotong Zara tanpa persetujuan dari gadis itu.

"Aku mau ketemu Devan!" Zara berkata dengan nada yang mulai meninggi, Kenan tampak acuh, mendorong kursi roda dan membawanya menuju taman rumah sakit.

Zara tampak diam, memperhatikan area taman yang mulai ramai.

Kenan memberhentikannya di dekat kursi yang kosong, lelaki itu duduk di sana dengan Zara yang duduk di kursi roda.

"Aku mau ketemu Devan." Zara berucap lemah, memandang Kenan penuh permohonan.

Kenan menghela nafas, mengusap surai rambut Zara.

"Kamu gabisa ketemu dia, Ra." Ia tersenyum tipis.

Mata Zara semakin memanas.

"Kenapa?!!" Ia berteriak, air matanya mulai turun.

Namun, Kenan hanya diam memilih tak menjawab.

"Nanti, pasti lo tau." Ia menunduk, memandang sepatunya yang terdapat darah Leo.

Ah iya, Bajingan itu kini tengah sekarat di rumah sakit dengan penjagaan ketat dari kepolisian.

Kenan tak di tangkap karena tindakannya di sebut perlawanan.

"Aku mau ketemu Devan." Zara tampak ngotot, mencoba berdiri dari kursi roda.

ObsessionWhere stories live. Discover now