Tiga tujuh

15.3K 1K 96
                                    





  Lelaki itu tersenyum hampa, membiarkan hembusan angin menggerakan rambut pendeknya.

"Hidup aku kosong, Ra." ia berujar lemah, menatap pedih pada sosok Zara yang berdiri tak jauh darinya.

Nafas Zara tercekat kala air mata menetes melewati pipi Devan.

"Rasanya hampa, sepi, dan sakit." ia kembali berujar.

Zara tetap bergeming di tempat.

"Aku butuh kamu." bibir Devan bergetar, sorot matanya benar-benar terluka.

"Aku juga gak minta kaya gini, aku juga ga pengen, Ra.  Semua orang pengen hidup normal." Devan menunduk, mengepalkan kedua tangannya.

Suara ombak terdengar jelas di indra pendengaran mereka.

"Aku butuh kamu. Tapi aku sadar, adanya aku cuma jadi luka semata buat kamu."

Zara hendak berbicara namun kembali mengatupkan bibir.

"Aku pergi, Ra." Devan menyunggingkan senyum pedih.

Setelahnya langkah Devan termundur, bergerak mendekati ujung tebing.

Zara menggeleng, mencoba menggerakan kaki namun tidak bisa.  Seolah ada tali yang mengikatnya agar tak bisa bergerak.

"Aku sayang kamu." Devan menatapnya hangat, memamerkan senyum manis yang begitu memabukan. Bersamaan dengan itu,  sosok Devan menghilang. Menyisakan suara ombak dan angin yang menjadi satu.

   "Ra!"

Zara terjelontak.  Ia menatap sekeliling yang di suguhi tembok.  Lalu tatapannya beralih pada Raja yang tengah duduk sambil memasang wajah khawatir.

Zara mengusap keringat di keningnya.  Nafas gadis itu memburu, Zara mengubah posisi menjadi duduk.

"Mimpi buruk, sayang?" Raja menyodorkan air minum, tangannya bergerak menyurai rambut Zara ke belakang.

Zara menetralkan deru nafasnya setelah minum.  Ia menyender pada kepala ranjang.

Ini mimpi ketiga.  Tepat setelah sebulan lebih ia bertemu dengan Devan.

Mengapa lelaki itu sering kali muncul di mimpinya?

  "Ra?" Raja memanggil, menaruh gelas di atas nakas. Ia duduk mendekat di samping Zara.

  "Kamu oke, kan?"

Zara menatapnya, lalu mengangguk pelan.

Raja menghembuskan nafas lega, ia membawa Zara untuk bersender pada dada nya, lalu mengecup pucuk kepala gadis itu penuh sayang.

Akhir-akhir ini gadisnya sering bermimpi buruk dan sering melamun. Raja kurang tahu penyebabnya, akan tetapi ia sangat khawatir.

"Jangan ngelamun, Ra.  Kamu bisa cerita ke aku." Raja berkata pelan, mengusap surai rambut istrinya.

Zara tampak menggeleng,  ia menjauh dari pelukan Raja dan merebahkan diri membelakangi suaminya.

Sedangkan Raja menghela nafas, memandang punggung Zara yang tampak bergetar.

Pada akhirnya lelaki itu ikut terbaring, memeluk Zara dari belakang. Membiarkan gadis itu menangis sepuasnya.

Raja akan berusaha.

Semoga ini tangis terakhir yang di keluarkan istrinya.


####


"Kamu jangan kemana-mana, aku gak lama kok. Abis ngecek rumah baru kita, aku langsung pulang." Raja melipkan helaian rambut Zara ke belakang telinga.

ObsessionWhere stories live. Discover now