Empat empat

13.5K 785 73
                                    


Leo meneguk minuman alkoholnya kembali.  Ia menatap Dea yang tengah memakai pakaiannya.

  "Gue bosen, punya lo gak memuaskan, keseringan di pake om-om. Cih." Ia berdecih. membuat Dea yang tengah mengancingkan pakaian memutar bola matanya jengah.

"Kiranya, kapan rencana kita tercapai?" Leo menggoyangkan gelas, membuat minumannya bergerak.

Dea tampak terdiam.

"Secepatnya." Jawab wanita itu yang kini sudah mendudukan diri di tepi kasur.

"Gue mau lo jauhin dia sejauh-jauhnya dari Devan, termasuk Raja dan yang lainnya." Dea menyampirkam rambutnya.

Leo tampak manggut-manggut.

"Tanpa lo suruh, gue bakal lakuin itu." Ia terkekeh, meminum tegukan terakhir dan menaruh gelas ke atas nakas.

"Dan gue mau, anak Devan di gugurin secepatnya."

Perkataan Dea membuat Leo Lagi-lagi mengangguk.  Itu sudah ia pikirkan sejak lama.

"Gue tunggu kabar baiknya." Dea berdiri, melangkah keluar kamar, meninggalkan Leo yang terdiam menatap kepergiannya.

"Deaa,  Dea.. " Leo bergumam sembari menggelengkan kepalanya.

####


Zara tak bisa tidur. Bayangan aneh melingkupi pikirannya,  ia menatap jan di atas nakas yang menunjukan pukul dua pagi.

Zara beringsut mundur guna menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang,  ia meredakan deru nafasnya yang tak beraturan.

Matanya melirik Raja yang tengah terlelap dengan nyenyak, tangan Zara bergerak mengusap rambut suaminya.

Entah mengapa rasanya sangat aneh.

Ia merasa jika dirinya sedang tidak baik-baik saja.

Bisikan aneh mulai bermunculan lagi. Tidak, Zara tidak ingin kembali gila.

Pada akhirnya gadis itu bergerak turun dari ranjang.  Ia melangkah pelan dengan membuka pintu secara hati-hati.

Zara berjalan menuju dapur, ia menuangkan air mineral pada gelas.  Lalu meminumnya.

Gadis itu mendudukan diri di kursi tempat makan. Zara mendongakan pandangannya menatap langit-langit. Malam ini terasa aneh, Zara menghela nafas dan menutup matanya.

Tangannya bergerak mengelus calon bayi yang bersemayam di dalam perut.

Tuk

Tuk

Tuk

Zara merasakan suara jendela yang di ketuk. Ia mengedarkan pandangan,  dengan pelan Zara berdiri dan berjalan menuju ruang tengah.

Ia menaikan alis menatap tirai putih transparan yang menutupi jendela.  Zara mendekat,  ia mendapati jendela persegi panjang itu sedikit terbuka.

Zara mengedarkan pandangannya ke luar.  Sepi,  hanya ada angin dingin dan suasana malam yang mencekam.

Tanpa berlama lagi Zara langsung menutup jendela,  namun saat tangannya bergerak mengunci,  Zara menemukan secarik kertas di sana.

Tangan lentiknya bergerak mengambil benda tersebut.  Zara terdiam sesaat setelah membaca isi kertas itu.

'I love you.' tiga kata yang di tulis dengan tinta merah serta bercak darah yang membentuk love.

Zara langsung meremasnya, ia kembali membuka jendela dan membuang kertas tersebut.

ObsessionWhere stories live. Discover now