Tiga puluh

19.8K 1.1K 135
                                    


Zara membuka kelopak matanya perlahan, ia sedikit menyipit mendapati paparan sinar lampu yang menembus penglihatannya.

Gadis itu bergerak duduk, menoleh saat sapaan lembut itu bersuara padanya.

"udah baikan?" Raja duduk di tepi ranjang, punggung tangannya menempel di kening Zara.

Zara hanya mengangguk tipis. Ia mencoba mengingat kejadian apa yang ia alami sebelum pingsan dan berakhir tergeletak disini.

Sampai akhirnya mual menyerang, Zara membekap mulutnya sendiri. Tanpa menunggu lama ia langsung turun dan berjalan menuju kamar mandi.

Kebiasaan setelah menangis histeris Zara akan merasa mual dan pening. Ia menyalakan keran dengan pandangan tertuju pada kaca.

Tangannya memegang kening dan menyurai rambut ke belakang.

"lo baik-baik aja, Ra?"

Raja menepuk bahu Zara hingga sang empunya menoleh, tersenyum tipis dan memberi anggukan pelan. Raja menghela nafas lega menghadapi itu.

"kamu keluar aja." tutur Zara yang saat ini sudah memalingkan muka ke arah semula, Raja hanya mengangguk dan mulai melangkah.

Namun saat ia hendak membuka pintu langkahnya terhenti kala Zara kembali memuntahkan isi perut, Raja tentu saja berbalik dan memijat tengkuk gadis itu untuk membantunya.

"kita ke rumah sakit, ya?" tawar Raja dengan nada khawatir, muka Zara terlihat pucat saat ini.

"aku gapapa." Zara membalas dengan senyum tipis, membasuh muka dengan air lalu mengajak Raja keluar kamar mandi.

Kini keduanya tengah berada di atas kasur yang sama, dengan Zara yang bersandar di dada Raja dan lelaki itu yang setia memijat kepalanya.

Senyaman itu berdekatan dengan Raja. Bahkan Zara tak mencium bahaya apapun saat bersama lelaki itu.

Pandangan Zara terfokus pada jendela. Langit sore tak pernah mengecewakan, selalu indah dan terasa hangat. Tak urung gerimis memudarkan ketenangan.

Lalu apa kabar dengan laki-laki itu? Laki-laki yang ia temukan saat sore seperti ini? Laki-laki yang membuatnya tahu apa rasanya mempunyai cinta pertama, sosok yang benar-benar manis dengan segala tingkah lakunya, laki-laki yang selalu tersenyum padanya, mengatakan jika ia cantik, laki-laki yang terus memeluknya saat tengah berdua.

Dan laki-laki itu berhasil memporak-porandakan dunianya.

Takdir konyol.

Zara sampai terkekeh saat itu.

"kenapa?" Raja sedikit menundukan wajah guna melihat Zara yang tiba-tiba terkekeh.

Gadis itu nampak menggeleng.

"Ada cerita lucu kah? Sampe ketawa gitu ngingetnya." Raja mengecup pucuk rambut Zara.

"gak ada." Zara bergerak mencari posisi ternyaman di bidang dada Raja.
"mau nyemil?" Raja kini menawarkan makanan. Zara tampak diam mencoba berfikir.

"mau deh." katanya membuat Raja sukses tersenyum.

"bentar yah, mau ambil." Raja bangkit dan berjalan keluar.

Zara menatap punggung lelaki itu yang mulai lenyap tertelan pintu, ada seutas senyum yang terbit di bibirnya. Zara cukup merasa tenang berada disini, perlakuan Raja benar-benar baik.

Meskipun Zara masih terasa takut akan hal itu, ia takut menjadi korban lagi.

Gadis itu menghela nafas. Kepalanya sangat pening, perutnya benar-benar mual dan badannya terasa lemas.

ObsessionWhere stories live. Discover now