Dua belas

33.1K 2.1K 63
                                    


Setelah kejadian tadi Devan menariknya pulang ke rumah.  Dan begitu sampai lelaki itu langsung mendorong punggung Zara ke tembok ruang tengah.

Tanpa aba-aba Devan langsung mencium bibirnya,  melumat dengan kasar hingga membuat Zara kalut dengan tangan yang memukul dada Devan dengan keras.

Lelaki itu menyudahi ciumannya, tangannya mencengkram bahu Zara.  Tatapan yang di layangkan menyirat amarah begitu besar, dadanya naik turun dengan nafas terengah-engah.

"Sialan!" Devan mengumpat, menundukan kepalanya dengan cengkraman di bahu Zara yang semakin mengeras.

Zara sampai merintih kesakitan.

Devan mendongak dan kembali mencium bibirnya dengan beringas, mengabaikan erangan kesakitan yang keluar dari mulut gadisnya.

Devan tak peduli. Ia sudah sangat emosi sampai ingin menghapus bekas Raja dengan banyaknya ciuman yang akan ia beri untuk gadis nakalnya.

Devan menjauhkan wajahnya, menatap Zara yang mulai menangis.  Tangan kananya ia lepaskan di pundak Zara.

Plak!

Tamparan keras tersebut mendarat sempurna di pipi mulus Zara, gadis itu mematung di tempat.

"Murahan!" Devan berteriak kasar.

"kamu menghianatiku, Zara!!" Devan masih membentak gadisnya dengan sangat marah.

Tubuh Zara semakin bergetar, tangisnya semakin histeris. Ia mendorong Devan sekuat tenaga, membuat lelaki itu mundur ke belakang.

Zara berlari menuju dapur, meringkuk di pojok.

Devan mendekat dengan kedua tangannya yang terkepal.

"pergi!!!! Jahat!!  Pergi cepat pergii!! " Zara berteriak histeris saat Devan mendekat perlahan, gadis itu melemparkan beberapa barang di sekitarnya.

Devan yang melihat gadisnya ketakutan langsung menjauh.

"sayang,  maafin aku." Devan kembali mendekat, emosinya mendadak luruh.

"enggak!!  Pergi!  Aku gamau liat kamu!!!" Zara menendang lantai dengan kedua kakinya.

Tangannya masih melempar beberapa barang yang ada di dapur.

Devan menjambak rambutnya prustasi,  cowok itu membenturkan kepalanya ke dinding.

"Kamu punya aku,  kamu punya aku!!" Devan bergumam tak jelas,  wajahnya kacau.  Sesekali menendang meja makan dengan beringas.

Devan yang ada di depannya ini bukan Devan yang Zara kenal.

Ia ketakutan.

Zara berdiri dari duduknya, ia langsung berlari keluar saat Devan tengah sibuk meninju tembok.

Nafas Zara terengah-engah. Ia sudah berada di jalan.

"ZARA!!!"

Zara menoleh ke belakang, di sana terdapat Devan yang berdiri agak jauh darinya.

Zara kembali berlari, ia benar-benar sangat ketakutan sekarang.

Langkah gadis itu memasuki gang, pandangannya beredar.  Langkahnya kembali maju dan bersembunyi di balik tong sampah yang lumayan besar.

Zara membekap mulutnya saat langkah Devan terdengar tak jauh dari nya.

Air mata gadis itu masih mengalir, Zara berusaha keras agar tak bergetar karena ketakutan. Pandangannya menunduk.

"sayang."

Damn!

Devan berdiri di hadapannya dengan kening yang berdarah, lelaki itu tersenyum sangat manis.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang