Lima belas

31.8K 1.7K 37
                                    


Suara barang pecah membuat Zara membuka matanya, ia menggerakan badan mencari posisi nyaman.  Kepalanya menoleh ke samping,  sedikit menaikan alis karena tak mendapati keberadaan Devan.

"Vano,  sudah! "

Suara dari bawah mengalihkan atensinya, Zara bergerak turun. Melangkah gontai keluar kamar.

Ia beruntung karena kali ini ia tak di kunci dari luar seperti kemarin,  Zara mengucek matanya dengan sebelah tangan, langkahnya melewati beberapa anak tangga dengan pelan.

Matanya terbelalak mendapati ruang tamu yang sudah seperti kapal pecah. Zara mengganti arah langkah menuju dapur.

Ia membatu.

Ternyata Devan kembali mengamuk, lelaki itu meninju rak piring yang terbuat dari kaca. Arnold berusaha menghentikan aksi anaknya, namun begitu malang karena terkena bogeman keras dari Devan hingga membuatnya termundur beberapa langkah.

"brisik!! Diam!!!" Devan menutup telinga nya seperti orang kesetanan,  lelaki itu menendang segala barang yang berada di dekatnya.

"Vano,  sudah!!" Arnold tak putus asa,  ia menarik pergelangan tangan Devan. Raut wajah Arnold terlihat prustasi.

Zara yang melihat kejadian tersebut masih mematung, pikirannya beralih pada kejadian hari ke belakang saat Devan mengamuk di rumahnya.

Dan ini kedua kalinya Devan bertindak seperti orang kesetanan, lelaki itu menendang Arnold hingga membentur meja makan.

Zara langsung berlari,  ia membantu Arnold untuk bangkit.

Di sisi lain Devan tengah meringkuk di pojokan sambil menjambak rambutnya seperti orang prustasi.

"tolong hentikan Vano." Arnold memasang raut memohon,  tangan Zara yang tengah membantunya duduk bergetar.

Menghadapi Devan yang mengamuk seperti itu membuatnya ketakutan setengah mati.

Namun begitu ia tetap mengangguk dan berjalan mendekat.

Saat sudah sampai Zara langsung memegang pergelangan tangan Devan.

"diam!!" Devan berteriak emosi, menghempaskan tangan Zara.

"brisik! Arghhhh!!!"

Lelaki itu semakin kesetanan,  menutup kedua telingannya sembari membenturkan kepala ke dinding.

Zara menangis.

Perlahan ia membawa Devan ke dalam dekapannya.

Lelaki itu sempat memberontak,  namun Zara tak menyerah. Ia tetap memeluk tubuh Devan yang bergetar,  tangan Zara bergerak mengusap kepala Devan berharap lelaki itu akan tenang.

  "Mereka jahat!  Mereka jahat!" Devan meracau tak jelas.

"sutt,  ada aku disini." Zara berkata lembut,  masih mengusap kepala Devan dengan tangannya.

Butuh beberapa menit untuk Devan menormalkan deru nafasnya.

Tangan lelaki itu kini balas memeluk Zara, kepalanya ia sandarkan di bahu gadis itu.

"mereka jahat Ra,  mereka nyuruh aku bunuh papa." Devan berkata dengan lemah.

Zara menelan ludah, ia melonggarkan pelukannya. Mendekap wajah Devan dengan kedua tangannya.

Ia menatap manik mata Devan, sedikit kaget kala menemukan Devan yang memasang raut sedih,  lelaki itu jauh terlihat lemah dari biasanya.

"mereka jahat." Devan kembali berucap.  Tangannya mengusap tangan Zara.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang