Sepuluh

40.9K 2.4K 76
                                    


Devan terus mengucapkan kalimat yang terngiang di otaknya,  lelaki itu tengah kesal,  marah,  kecewa dan sakit secara bersamaan.

Di tatap nya tembok yang sudah di nodai bercak darah yang di hasilkan dari buku tangannya.

Devan tak puas,  lelaki itu kembali menonjok tembok tanpa memperdulikan tangannya yang terluka,  biar lah dirinya mati sekalian,  ia sudah muak dengan dunia.  Jika bukan karna Zara,  Raja akan kembali ke jembatan waktu lalu dan menceburkan diri ke dalam air yang arusnya lumayan deras itu.

Devan menjambak rambutnya frustasi,  mengapa ia di lahirkan di dunia yang menyebalkan?

Lelaki itu kembali menatap tembok,  sedetik kemudian Devan membenturkan kepalanya ke dinding hingga membuat darah di keningnya semakin mengalir deras,  biarkan saja,  Devan tak peduli dengan rasa sakit di tubuh nya.

Lelaki itu terus membenturkan kepalanya ke dinding hingga akhirnya terhenti kala seseorang menariknya mundur.

"lo gila hah?!"

Bentakan tersebut membuat Devan menoleh ke belakang, di tatapnya lelaki seumurannya yang memakai seragam sekolah.

Devan menghempaskan cekalan tangan lelaki itu di bahunya,  ia kembali menonjok dinding namun lelaki tadi kembali menghentikan aksinya.

"lepasin!!" Devan berontak membuat lelaki itu mengusap wajahnya dengan kasar,  di tatapnya Devan yang kembali menonjok tembok.

"Cara kaya gitu ga bakal nyelesain lo dari masalah,  anjing!" Lelaki itu kesal, kenapa kekasih Zara ini sangat keras kepala?!

Devan terhenti,  ia tau jika yang di lakukanya ini tak menyelesaikan masalah.  Namun setidaknya itu bisa meredakan rasa sakit di hatinya.

Devan berbalik,  di tatapnya lelaki ber Name tag 'Raja' itu di depannya.

"Bukan urusan lo," Ketus Devan dingin,  lelaki itu berlalu namun langkahnya terhenti saat Raja kembali bersuara.

"mau kemana lo?  Minta cewek lo obatin?  Cih,  nyusahin." Raja berdecih,  perlahan Devan membalikan badannya,  ia kembali melihat nama yang menempel di seragam lelaki itu.

Raja? Batinnya bersuara,  jangan bilang jika lelaki di depannya ini adalah lelaki yang menolong Zara saat pingsan.

Perlahan Devan mengepalkan tangannya, namun pada akhirnya lelaki itu menghembuskan nafas kasar.

"Percuma cewek lo ngobatin kalo ujungnya lo terus terusan luka." Raja bersender pada tembok di sampingnya,  lelaki itu menghembuskan asap rokok di mulutnya.

Devan berdecih,  lelaki itu melakukan hal yang sama dengan menyender pada tembok dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku.  Wajahnya mendongak dengan mata terpejam, merasakan perih yang mulai menjalar di tubuhnya,  pusing mulai menyerang kepalanya.

"jangan deket deket Zara."

Perkataan Devan membuat Raja terkekeh seketika.

"gue suka dia." Jawab Raja yang sukses mengundang amarah di diri Devan,  tangan lelaki itu terkepal,  di tatapnya Raja dengan dingin.

Ingin sekali Devan menghabisi lelaki itu,  namun ia urungkan karena kini kondisi tubuhnya tidak meyakinkan untuk berkelahi.

"btw,  yang tadi rumah lo?" Raja menghembuskan asap terakhirnya, ia bergerak membuang sisa rokok di tangannya dan kemudian menginjak rokok tersebut agar asapnya mati.

Devan menaikan sebelah alisnya.

"jangan bilang kalo lo ngikutin gue."

Raja menatap Devan yang tengah menahan emosi,  ia terkekeh, ia kira Devan adalah cowok idiot yang mudah untuk di singkirkan.  Namun sepertinya pemikirannya itu salah.

Obsessionحيث تعيش القصص. اكتشف الآن