Dua sembilan

18.6K 1.2K 44
                                    


Sudah seminggu lebih sejak kediaman Zara di rumahnya,  Raja cukup senang akan hal itu.  Satu atap dengan orang yang di cinta bukan kah itu hal yang membahagiakan?

Jika sebelumnya Zara banyak diam dan irit bicara, sekarang gadis itu lumayan bisa di ajak mengobrol. Selama seminggu itu Raja sengaja membawa psikiater ke rumahnya untuk memulihkan Zara, dan syukur Zara mulai sedikit membaik walau terkadang ia akan mengamuk jika bermimpi buruk.

Raja tidak tahu jelas apa yang di alami Zara selama ini. Tentu saja gadis itu belum bercerita apapun, ia hanya akan mengatakan jika ia takut dan ingin mati.

Sejujurnya Raja bisa saja mencari tahu. namun,  Ia ingin hal tersebut di jelaskan dari mulut Zara sendiri.

Tentang Leo,  Raja ingin menghabisi bajingan itu.  Namun sialnya lelaki itu menghilang tanpa jejak, Raja tidak terlalu ambil pusing. Akan lebih baik jika Leo menghilang selamanya dari muka bumi.

Hal apapun yang membahayakan Zara, kali ini Raja akan memusnahkannya. 

Dan saat ini senyum lelaki itu tak kunjung luntur menatap Zara yang tengah mengobrol ria bersama Elista di dapur, keduanya menjadi akrab setelah Zara mencoba berbaur dengan orang baru.  Awalnya gadis itu ketakutan berinteraksi dengan orang lain,  namun dengan bimbingan psikiater dan dirinya.  Gadis itu berhasil mengobrol dengan orang selain dirinya, ya meski baru akrab dengan mamanya dan pembantu saja. Namun,  itu cukup untuk membuat Raja bahagia.

Rasanya benar-benar lega bisa mengubah Zara kembali menjadi lebih baik.  Ia tak apa meski harus menerima amukan Zara yang terkadang bisa menyakitinya.

  Di usapnya surai rambut yang tergerai, gadis itu mendongak guna melihat sang empu.  Wajahnya terlihat lebih ceria kali ini, tidak menampakan raut datar atau tatapan kosong.  Yang ada hanya seutas senyum manis yang terpancar untuk Raja.

Raja balik tersenyum.

"mau ke taman belakang rumah ga?" tawar lelaki itu.  Zara menoleh pada Elista, wanita itu mengangguk ramah.  "kesana aja sayang, siapa tau kamu bisa lebih rileks dengan hirup udara segar." jelas Elista, Zara memberikan senyum serta anggukan kemudian mengikuti Raja yang menariknya.

Tepat saat di sana Zara mendudukan diri di kursi yang tersedia, di depannya terdapat kolam ikan serta berbagai tumbuhan segar. Zara menghirup udara banyak-banyak sembari menutup mata.

Rasanya tenang, apalagi saat genggaman di tangannya menjadi elusan yang menyentuh punggung tangan.  Zara membuka mata,  menoleh pada Raja yang menatap nya sembari tersenyum.

Bukan hal yang mudah untuk membangun kembali kepercayaan yang hancur.  Awalnya Zara kehilangan arah, ia tak punya tujuan, yang ia pikirnya hanya pasrah dan pasrah. Mungkin mati adalah tujuan terakhir.

Namun kali ini berbeda, Raja memperlakukannya selayaknya pria pada wanita, bukan bajingan yang bersikap semena-mena.

Raja akan menyuapinya saat makan, mengelus kepalanya saat hendak tidur, berbagi cerita saat Zara hanya diam, memeluknya saat Zara kumat, menyemangatinya setiap hari, tidur di lantai untuk menjaganya, panik saat Zara terluka barang sedikitpun.

Raja tak pernah mengeluh saat Zara tak bisa mengontrol emosi dan melukainya, namun Raja hanya akan sabar dengan senyumnya yang kemudian membuat Zara kembali tenang.

Lelaki itu akan berucap lembut, menjelaskan hal-hal baik yang ada di dunia. Menjelaskan jika tidak semua terlihat jahat, masih banyak manusia baik di sekitarnya. Namun Raja tak pernah mengatakan jika dirinya baik, ia hanya mengatakan akan berusaha memperlakukan Zara sebaik mungkin.

Zara tidak tau hal yang Raja lakukan adalah kejujuran atau hanya topeng semata untuk menutupi keburukan.

Namun Zara bisa melihat ketulusan yang lelaki itu pancarkan padanya, dan itu sedikit membuat Zara....  Senang?

Ia kini mulai memiliki tujuan, mulai memiliki kembali arti kehidupan. Bukan lagi kekosongan yang membuatnya tersiksa sepanjang waktu.

Zara tak yakin ia bisa bertahan hidup sampai detik ini jika Raja tak ada untuk membantunya.

  "kok ngelamun?"

Zara mengerjap, kembali di tatapnya Raja yang tengah merapikan rambut ke belakang telinganya.

Zara menggeleng.

"bosen?" Raja kembali menyelipkan helaian rambut di telinga Zara yang satunya.  Lalu beralih menatap Zara sembari tersenyum.

Zara hanya diam,  sejujurnya ia tidak tahu harus berbuat apa.  Ada debaran aneh yang memporak-porandakan jantungnya. Zara tak yakin akan hal itu, ia memalingkan wajah menatap beberapa ikan yang asik berenang kesana kemari.

  Namun tatapannya beralih saat Raja bangkit dari duduk dan berjalan menuju beberapa tanaman. Zara hanya diam memperhatikan gerak-gerik lelaki itu yang tengah memetik setangkai bunga.

Zara tersenyum tipis saat Raja berbalik dan berjongkok di hadapannya.

"i love you." Raja berkata tulus, menampilkan senyum manis dengan tangan menyelipkan setangkai bunga tadi di telinga Zara.

Zara diam, entah mengapa kata tersebut mengingatkannya pada kejadian bersama Devan dulu.

Ia hanya bisa bergeming saat lembaran-lembaran kejadian manis bersama Devan terlintas di otaknya. Sampai akhirnya kecupan di punggung tangan mengembalikan kesadarannya.

Zara menatap Raja yang tengah mencium punggung tangannya sedikit lama.  Lalu mendongakan wajah dengan senyum yang tak kunjung luntur.

Sialnya senyum itu kembali mengingatkannya pada Devan. Zara bisa merasakan perbedaan dari keduanya, jika Raja menampilkan senyum yang terkesan begitu tulus dan hangat.  Berbeda dengan Devan yang tersenyum dengan mata menatapnya penuh cinta, penuh obsesi, dan penuh penderitaan.

Devan tersenyum saat menyiksanya, Devan tersenyum saat Zara membenturkan kepalanya sendiri ke dinding,  Devan tersenyum saat Zara berteriak kesakitan.

Zara menggeleng kuat, menutup kedua telinga dengan mata mulai memerah.

Raja di buat panik,  ia bangkit dari jongkoknya dan langsung memeluk Zara.

"kenapa, Ra?" Raja berkata pelan, tangannya mengusap kepala Zara dengan lembut.

"di-dia jahat!" Zara berkata dengan nada sedikit bergetar, Raja hanya diam. Ingin mendengar kelanjutannya.

"di-dia pu-pukul a-ku!" Zara histeris.

"dia sik-sa ak-u!" Zara semakin bergetar, Raja dengan sigap mengeratkan pelukannya.

"dia perkosa a-ku." kali ini nada Zara terkesan lemah hingga kemudian melemas di pelukan Raja dan pingsan tak sadarkan diri.

Raja bergeming, dadanya bergemuruh, tangannya mengepal kuat.

Nafasnya tercekat.

Fakta macam apa ini?  Batinnya.






Tbc

Ada yg kangen gak?

Sory kmrn² gbisa up karna lagi sakit, maen hp pusing banget rasanya jadi seharian full molor.  Tpi skrng aga mndingan jdi bisa up haha.

Ga nyangka sebelum up itu masi 6k skrng udh belasan ribu aja woy kaget banget.

Mksi bngt yg udh setia sama cerita sy dan makasi udh pda baca.

Kalo part ini komen sama votenya banyak ntar mlm up lagi, Kalo inget haha.

ObsessionWhere stories live. Discover now