Tiga dua

17.9K 1K 108
                                    


"Zara hamil."

Lontaran kata tersebut mampu membuat lelaki di pojok ruangan mendongak. Yang awalnya menatap tajam kini justru memberi tatapan bingung.

Yang bersuara malah terkekeh mendapati ekspresi tersebut, tangannya anteng memainkan pemantik dengan jarinya. Menghidupkan api lalu di padamkan kembali, ruangan tersebut menjadi gelap dan bercahaya secara bergantian.

"lo bajingan." Ia mengumpat, membiarkan lelaki di sudut ruangan itu mengepalkan tangan.

"dia hamil anak lo, gue kasian sama tuh bayi, gimana kalo dia tau ternyata ayah kandungnya. Gila." ada penekanan di kata terakhir, ia tertawa sumbang setelahnya.

Devan semakin mengepalkan tangan.

Apa katanya?

Zara hamil? Gadisnya hamil?

Tentu saja Devan senang, rencananya berhasil. Dengan menumbuhkan darah daging di tubuh gadisnya, Zara tak akan pernah lepas lagi.

Sialnya ia malah terkurung disini.

Andai, ia membunuh ayahnya saat itu. Mungkin keadaan tak akan sekacau sekarang.

"Bajingan kaya lo gak pantes hidup, bro."

Devan tersadar, kembali menatap sosok di depannya dengan tajam.

Jika dirinya tidak di rantai, Devan pasti akan langsung menghabisi sosok itu.

Hujan turun deras malam ini, petir mennggelegar sehingga kilat cahaya terkadang memberi seperkian detik penerangan di ruangan itu.

Devan terus menatapnya saat lelaki itu berjalan mendekat, berjongkok dan mengangkat dagunya untuk saling tatap.

"Gue bisa bikin lo bebas dari sini, tapi dengan satu syarat," Leo menggantung kalimatnya, tersenyum miring membuat tatapan Devan semakin nyalang.

####

"seminggu lagi kita nikah, kamu siap kan?" Raja mengelus perut gadis di sampingnya, tersenyum senang saat Zara mengangguk mengiyakan.

"dan soal kakak kamu, aku berhasil nemuin dia. Katanya bentar lagi bakal kesini buat nemuin kamu."

Zara Lagi-lagi tersenyum dan mengangguk.

Ini benar-benar di luar ekspektasi nya.

Menikah dan mempunyai anak? Zara bahkan tidak kepikiran akan berada di posisi itu sekarang.

"Aku harap setelah ini kita bisa bahagia, Ra." elusannya terhenti, matanya menatap Zara dengan dalam.
Zara membalas tatapan itu, bersamaan dengan debaran di jantungnya.

"kamu gabakal ninggalin aku, kan?" Zara bersuara.

"nggak akan." Raja menggeleng yakin.

"aku takut," cicit Zara menunduk. Raja menghela nafas, meraih tangan Zara dan mengelusnya.

"ada aku." Lagi-lagi Raja berucap meyakinkan, sehingga Zara mendongak dan tersenyum tipis.

"kamu cinta sama aku, kan?" Pertanyaan Raja membuat Zara diam.

Apakah ia mencintai Raja atau tidak?

Atau mungkin belum?

Ah, sepertinya akan.

"Ra?" Raja kembali bersuara.

ObsessionWhere stories live. Discover now