31. Menghilang

200K 23.1K 17.1K
                                    

Hai guys maaf ya akhir-akhir ini aku jarang update karena aku lagi persiapan acara lamaran sama Alan😁

Adegan apa yang paling kalian suka dan kalian pengen ada di cerita ini (selain nikah)? (Jangan adegan anu, ya, ini bukan cerita +++ pren😞)

Aku update nunggu vote dan komen chapter ini melebihi chapter sebelumnya💓 Jadi kalo aku belum update, bantuin biar bisa cepet memenuhi target jangan cuma nyuruh up doang😊

Aku update nunggu vote dan komen chapter ini melebihi chapter sebelumnya💓 Jadi kalo aku belum update, bantuin biar bisa cepet memenuhi target jangan cuma nyuruh up doang😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu foto Kakaknya Bunda."

Gala sedikit terkejut karena tiba-tiba Amora muncul di belakangnya. Padahal beberapa menit yang lalu gadis itu pamit ke dapur untuk membuatkan Gala minuman.

Sebelum menyahuti ucapan Amora, Gala terdiam untuk beberapa saat. Gala menatap Amora dengan tatapan penuh tanya. Entah kenapa ia sedikit tertarik untuk mempertanyakan hal ini. "Kakaknya Bunda Asti? Kakak kandung?"

Amora mengangguk pelan. Meletakkan satu gelas teh hangat yang ia buat untuk Gala di atas meja lalu kembali berdiri di hadapan Gala. "Iya, tapi wajahnya emang gak mirip sama Bunda. Beda jauh."

Mendengar penjelasan dari Amora, Gala kembali memerhatikan bingkai foto yang sejak tadi ia pegang. Wajah perempuan yang berdiri di samping Asti memang tidak bisa ia lihat dengan jelas, karena fotonya sudah rusak. Namun dari perawakannya, entah kenapa Gala merasa tidak asing. Seperti pernah bertemu?

"Diminum dulu, Kak, teh hangatnya," suruh Amora pada Gala yang tampak melamun.

"Mana Dio?" jawab Gala seolah tidak menghiraukan permintaan Amora barusan.

Menghela napas, Amora mencoba tersenyum tipis. Gadis enam belas tahun itu berusaha terlihat baik-baik saja meski sebenarnya merasa sangat sedih karena Gala selalu saja acuh tak acuh dengan dirinya.

"Kak Dio masih keluar. Beliin Bunda obat ke apotek. Bunda gak mau minum obat yang dikasih Dokter tadi pa--"

Drttt....drttt...drtt...

Suara getaran ponsel membuat Gala cepat-cepat mengambil ponselnya di dalam saku jaket. Hal itu juga spontan membuat ucapan Amora terpotong begitu saja.

"--gi," lanjut Amora lirih. Sementara Gala sudah fokus dengan ponselnya.

"Tumben nih setan telfon gue malem-malem gini," heran Gala melihat nama Dewa tertera di layar ponselnya. Tumben sekali cowok itu tiba-tiba menghubungi dirinya selarut ini. Perasaan Gala jadi tidak enak.

"Riri sama lo?"

Dahi Gala mengernyit bingung. Jangankan bertemu, sejak tadi pagi ia sama sekali belum menelfon ataupun mengirim pesan pada Riri.

"Enggak. Gue belum ketemu Riri dari pagi."

"Bangsat," umpat Dewa terdengar frustasi. "Riri ngilang."

BUCINABLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang