44. Arkan stress

5.2K 294 25
                                    

Setelah sampai di depan gerbang kompleks, Jovanka dan Gibran segera duduk lesehan dan memasang wajah memelas, tak lupa kedua tangannya mengadah keatas.

"Lagi ngapain, Pak?" Tanya seorang Satpam yang baru saja menghampiri kedua suami istri itu.

"Lagi jadi miskin," jawab Jovanka sambil menunjukkan tangannya.

"Gak mau kasih duit? Kita miskin loh," ucap Gibran sewot, tangannya mengadah ke depan satpam itu.

"Gak ada orang miskin yang pakai baju merk Gucci, Prada, ditambah handphone merk iPhone," jelas satpam itu sambil memberikan uang 500 perak kepada tangan Jovanka dan Gibran.

"Emang pakaian orang miskin gimana?" Tanya Jovanka dengan penasaran.

Setelah acara baptis selesai, Arkan sekarang termenung di dalam kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Matanya berkedip, bulir bening jatuh dari matanya.

Arkan menangis.

"Sial, sial, sial, sial," ucap Arkan terus menerus sambil menjambak rambutnya.

Setelahnya Arkan bangkit, menuju kamar mandi dan menatap pantulan dirinya sendiri di dalam cermin, ia tertawa. Menertawakan dirinya sendiri, kembali menangis, dan memukul cermin yang berada di depannya.

Retak.

Seperti hubungannya dengan Viola.

Perusahaannya menurun drastis seketika saat kabar buruknya yang suka bermain dengan wanita malam tersebar, keburukannya terkuak oleh media membuat saham perusahannya menurun pesat.

"Hani, tolong ajak aku bareng kamu."

"Lo udah liat berita?" Khansa berjalan menuju sofa untuk bergabung dengan Viola yang sedang rebahan dengan santai sambil memainkan ponselnya.

"Belum, gue baru buka wa nih, ada apa emangnya?" Viola bangkit dari posisi rebahan nya.

"Mantan lo ternyata demen main sama cewe malam," Khansa berucap sambil menggebu, ia juga menyodorkan ponselnya yang menampilkan berita tentang Arkan.

"Lah baru tau? Gue udah mergokin berapa kali dah tu," Viola melirik ponsel Khansa tanpa minat.

"Ini lo beneran udahan sama dia?"

"Beneran lah, batal nikah juga."

"Nikah sama Kefi aja sono, gue dukung seratus persen."

"Ogah, asal lo tau dia kalau tidur kaga pernah bener," Viola bercerita sambil membayangkan kembali kejadian semalam, dimana Kefi yang tertidur di kamarnya dan tentu bersama dirinya juga.

"Kaga pernah tau, gue gak pernah tidur sama Kefi, gak pernah tidur sama cowok. Gue masih suci ya, buat suami gue," ucap Khansa dengan wajah tengilnya.

"Bangsat, gue juga maunya gitu. Tapi tuh duda, menggoda iman banget, gak kuat gue, jadi khilaf."

"Tai, khilaf tapi berulang kali, ampe bunting lagi."

"Namanya dosa gak ada yang gak enak jir, gue bunting ya karena udah resiko dah ni," Viola mengusap perutnya lembut.

"Lo beneran gak mau kasih tau Arkan? Nih anak kasian, kaga ada bapak ntar," Khansa ikut mengusap perut Viola yang masih datar.

ARKANWo Geschichten leben. Entdecke jetzt